Dakwah di daerah terpencil sejak lama telah mendapat perhatian. Namun, berbagai problematika yang ada, semisal ketersediaan sarana transportasi, pendanaan dan lainnya, hingga kini belum tertangani secara menyeluruh. Masing-masing lembaga keagamaan, kini telah memiliki divisi dakwah khusus untuk daerah terpencil. Para dai yang direkrut, adalah yang siap menghadapi tantangan serta punya beragam keterampilan, semisal sebagai motivator, fasilitator, mediator, dan organisator.
Merekalah ujung tombak syiar. Peran yang strategis ini diemban dengan semangat tinggi untuk menegakkan panji-panji Islam. Rintangan alam, kesulitan ekonomi dan terkadang intimidasi, dihadapi dengan ikhlas.
Hanya saja, seperti dikatakan Ustadz Fadhlan Gharamatan, pimpinan Al Fatih Kaffah Nusantara (AFKN), yang gencar berdakwah di Provinsi Papua, hasil dari kegiatan dakwah sebenarnya bisa lebih dimaksimalkan jika para dai didukung sarana yang memadai.
Dan adanya sarana penunjang, terutama untuk menembus kawasan terisolir, atau pemberian bantuan bagi warga setempat, hanya bisa terwujud dengan keikutsertaan umat dan lembaga zakat dalam mendukung program ini.
Untuk itu, dibutuhkan sinergi antar lembaga dakwah dalam menggalang dukungan, disamping penyamaan visi dan program. Dengan kata lain, sinergi akan sangat menentukan keberhasilan dakwah di daerah terpencil.
Sayangnya, sinergi itu hampir tidak ada. ‘’Kalaupun ada, biasanya terbatas di kota-kota besar, belum menyentuh hingga pedalaman,’‘ papar Ustadz Fadhlan.
Lebih jauh, Ustadz Fadhlan mengimbau, agar semua lembaga dakwah meninggalkan egoisme organisasi dan lembaga. ‘’Kita harus kompak, punya visi bersama dan program berkelanjutan,’‘ tegas dia.
Jika sinergi ini terwujud, masalah-masalah klasik dalam dakwah di daerah terpencil, seperti sarana transportasi, pendanaan serta lainnya tadi, bisa terpecahkan.
‘’Kunci-kunci surga justru ada di daerah pedalaman dan terpencil. Nah, kita harus membina kebersamaan agar bisa membuka kunci itu,’‘ paparnya.
Dalam pandangannya, dakwah merupakan salah satu kewajiban utama sesuai tuntutan Alquran dan hadis. Itulah tugas mulia umat di dunia, yakni menyebarkan risalah Ilahi. ‘’Jadi, jangan disepelekan,’‘ dia mengingatkan.
Senada dengan harapan itu, Ketua Umum Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) Ustadz Syuhada Bahri, menekankan pentingnya perhatian dan dukungan dari segenap umat untuk menyukseskan program ini.
Lembaga amil zakat pun diimbau lebih aktif membantu para juru dakwah di pedalaman.
Ada dua problematika yang dihadapi. Pertama adalah kesulitan ekonomi. Masalah tersebut terjadi di hampir seluruh daerah terpencil. Akibat keterbatasan dana, terkadang mereka tidak bisa memberikan bantuan, semisal perlengkapan shalat, kepada warga.
Kedua, yakni sulitnya transportasi. DDII sendiri baru mampu membantu 180 dai-nya dengan dana Rp 250 ribu per bulan dan kendaraan motor. Sayangnya, tak semua daerah bisa dijangkau dengan motor.
Adapun Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama (LDNU), memberikan bantuan transportasi sebesar Rp 300 ribu per bulan. ‘’Selain itu, kami juga memberikan motivasi dan pembekalan keikhlasan bagi para juru dakwah NU,’‘ kata Ketua LDNU, KH Nuril Huda.
Perhatian juga diberikan Majelis Tabligh dan Dakwah Khusus (MTDK) PP Muhammadiyah. Selain bantuan dana Rp 500 ribu per bulan bagi 150 dai di seluruh Indonesia, mereka juga gencar mengadakan pelatihan dan pembinaan demi pengembangan sumber daya dai, seperti yang berlangsung di Jakarta, 23-26 April lalu.
Langkah-langkah di atas hendaknya bermuara pada satu tujuan, yakni memberikan pembinaan agama sebaik-baiknya bagi umat di daerah terpencil. Ini sekaligus untuk menghadang bahaya pemurtadan yang gencar dilakukan.
sumber: Republika (Jumat, 1/5/09)
----
posted by: pkspiyungan.blogspot.com