JAKARTA– Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB HMI) memprihatinkan kondisi politik nasional belakangan ini, terutama anjloknya suara partai-partai Islam dalam Pemilu 2009 lalu. HMI juga memprihatinkan person-person tokoh politik Islam yang jauh dari karakteristik Islam, yakni sikap sederhana, teguh, cerdas, ikhlas, dan tawadhu. Karenanya HMI menaruh harapan besar kepada Hidayat Nurwahid, sebagai tokoh yang masih memiliki karakteristik pemimpin Islam untuk mengambil langkah-langkah koreksi dan konsolidasi untuk memperbaiki kondisi ini.
“Kami berharap Bapak (Hidayat Nur Wahid) bisa menjadi tokoh nasional yang bisa mengayomi seluruh elemen masyarakat Indonesia. Dengan begitu, Indonesia bisa tampil maksimal dalam menunjukkan wajah Islam yang humanis, terbuka dan dialogis,” kata Ketua PB HMI Syahrul saat bersama pengurus HMI lainnya bersilaturrahim dengan Ketua MPR di Gedung MPR, Kamis (30/4).
Dalam kesempatan itu , Syahrul mengemukakan, dalam pembicaraan koalisi yang kini tengah dijalin, partai Islam tidak menjadi faktor determinan. Sehingga tidak bisa mengambil inisiatif yang lebih besar dalam kepemimpinan nasional.
Hidayat mengapresiasi masih ada organisasi kepemudaan yang prihatin dengan kondisi ini. Dirinya juga merasa prihatin dengan hasil pemilu yang diperoleh parpol Islam. Hidayat juga menilai, kekecewaan hasil pemilu diakibatkan kedaulatan rakyat terganggu dengan adanya money politics.
“Kondisi di lapangan memang tidak sesederhana yang dibayangkan. Advokasi, pendidikan politik yang dilakukan berbulan-bulan hilang dalam waktu semalam gara-gara money politics,” ungkap Hidayat.
Hidayat juga menyayangkan masih merebaknya budaya menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan. Misalnya dengan menyebarkan fitnah. Ia kembali menyampaikan dirinya termasuk pihak yang menjadi obyek penyebaran fitnah itu.
“Saya difitnah Wahabi dan anti NKRI. Ini tentu saja tidak benar. Kalau Wahabi pasti anti partai politik, sementara saya mendirikan partai politik dan aktif di dalamnya. Kemudian sebagai Ketua MPR saya juga selalu mensosialisasikan NKRI sebagai bentuk negara yang final sebagaimana termaktub dalamUUD 45,” jelas dia.
sumber: hnw.or.id
---
posted by: pkspiyungan.blogspot.com
“Kami berharap Bapak (Hidayat Nur Wahid) bisa menjadi tokoh nasional yang bisa mengayomi seluruh elemen masyarakat Indonesia. Dengan begitu, Indonesia bisa tampil maksimal dalam menunjukkan wajah Islam yang humanis, terbuka dan dialogis,” kata Ketua PB HMI Syahrul saat bersama pengurus HMI lainnya bersilaturrahim dengan Ketua MPR di Gedung MPR, Kamis (30/4).
Dalam kesempatan itu , Syahrul mengemukakan, dalam pembicaraan koalisi yang kini tengah dijalin, partai Islam tidak menjadi faktor determinan. Sehingga tidak bisa mengambil inisiatif yang lebih besar dalam kepemimpinan nasional.
Hidayat mengapresiasi masih ada organisasi kepemudaan yang prihatin dengan kondisi ini. Dirinya juga merasa prihatin dengan hasil pemilu yang diperoleh parpol Islam. Hidayat juga menilai, kekecewaan hasil pemilu diakibatkan kedaulatan rakyat terganggu dengan adanya money politics.
“Kondisi di lapangan memang tidak sesederhana yang dibayangkan. Advokasi, pendidikan politik yang dilakukan berbulan-bulan hilang dalam waktu semalam gara-gara money politics,” ungkap Hidayat.
Hidayat juga menyayangkan masih merebaknya budaya menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan. Misalnya dengan menyebarkan fitnah. Ia kembali menyampaikan dirinya termasuk pihak yang menjadi obyek penyebaran fitnah itu.
“Saya difitnah Wahabi dan anti NKRI. Ini tentu saja tidak benar. Kalau Wahabi pasti anti partai politik, sementara saya mendirikan partai politik dan aktif di dalamnya. Kemudian sebagai Ketua MPR saya juga selalu mensosialisasikan NKRI sebagai bentuk negara yang final sebagaimana termaktub dalamUUD 45,” jelas dia.
sumber: hnw.or.id
---
posted by: pkspiyungan.blogspot.com