
Saya seperti punya ikatan khusus dengan mereka. Keduanya kepala daerah. Yang satu wali kota Depok dan satu lagi bupati Lamongan. Ikatan itu mungkin karena kami sama-sama berasal dari Jawa Timur. Tinggi badan kami juga setara: tak lebih dari 160 cm, tinggi badan yang mengharuskan berbuat lebih banyak ketimbang yang lain untuk dapat ''dilihat'' orang. Juga, ukuran yang jelas bukan mewakili generasi masa kini.
Baru-baru ini, saya bertemu Mas Nur Mahmudi. Percakapannya apalagi kalau bukan masa silam: masa kami kuliah di Bogor dulu. Habis berbincang, ia memberikan sebuah brosur. ''Kalau sempat, tolong baca, ya,'' katanya sambil melepas senyum. Beberapa hari kemudian, saya sempat membaca brosur itu. Isinya tentang pencapaian Pemkot Depok di bawah kepemimpinannya.
Baru-baru ini, saya bertemu Mas Nur Mahmudi. Percakapannya apalagi kalau bukan masa silam: masa kami kuliah di Bogor dulu. Habis berbincang, ia memberikan sebuah brosur. ''Kalau sempat, tolong baca, ya,'' katanya sambil melepas senyum. Beberapa hari kemudian, saya sempat membaca brosur itu. Isinya tentang pencapaian Pemkot Depok di bawah kepemimpinannya.
Saya tersentak membacanya. Begitu banyak pencapaian itu. Mulai dari keberhasilannya meningkatkan angka ''harapan hidup'' hingga tertinggi di Indonesia setelah Kota Yogya; mengangkat prestasi Persatuan Sepak Bola Depok; hingga melestarikan pertanian irigasi (ternyata masih ada pertanian juga di Depok). Masih sangat banyak prestasi lain yang tak mungkin ditulis satu per satu di sini.
Prestasi Lamongan di bawah Masfuk sama mencengangkannya. Dalam urusan sepak bola, Lamongan bahkan masuk papan atas nasional. Daerah yang semula masuk kabupaten termiskin itu telah disulap menjadi salah satu yang termoncer di Jawa Timur.Di tangan Masfuk, Lamongan menjelma menjadi pusat wisata bahari terbesar di provinsi itu. Dalam industri, Lamongan juga sudah mulai mengejar Gresik yang masuk dalam pusat industri Indonesia. Pertanian Lamongan juga semakin maju.
Nur Mahmudi dan Masfuk menjadi potret yang menjawab keraguan publik terhadap reformasi 1998. ''Tidak betul reformasi gagal!'' Seolah itulah jawaban mereka melalui kerja-kerjanya. Reformasi telah membuat banyak daerah melesat maju. Kreativitas daerah, yang dulu banyak terkendala oleh kuatnya pusat, kini dapat berkembang pesat. Rakyatlah yang memetik buah perkembangan itu.
Bukan hanya anggapan bahwa reformasi gagal yang terbantahkan oleh sosok Nur Mahmudi dan Masfuk. Sosok mereka juga membantah anggapan bahwa politik itu kotor dan politisi selalu merusak. Mereka sama-sama politisi. Nur Mahmudi dari PKS, sedangkan Masfuk dari PAN. Keduanya bukan merusak, melainkan membangun secara luar biasa. Ini yang perlu diapresiasi.
''Sebenarnya, resep sampeyan itu apa?'' tanya saya. ''Tidak ada resep khusus, Mas. Yang penting, kita siap kerja siang-malam. Sabtu-Minggu, ya tetap kerja. Semuanya dibikin terbuka. Jangan ada yang ditutup-tutupi,'' kata Nur Mahmudi.Hal serupa dikemukakan Masfuk. ''Yang penting, jangan bersikap seperti pejabat yang minta dihormati. Pemimpin harus siap ke sawah dan ke pasar. Ngomong dengan mereka, foto-foto bareng mereka.''
Semua pemimpin bangsa ini semestinya seperti mereka. Bukan pemimpin yang serba menjaga wibawa. Namun, pemimpin yang bergaul dan merasakan betul kehidupan rakyat. Hanya dengan jalan itu negeri ini maju dan seluruh rakyat akan tersenyum selalu.
-------
sumber: Republika
Prestasi Lamongan di bawah Masfuk sama mencengangkannya. Dalam urusan sepak bola, Lamongan bahkan masuk papan atas nasional. Daerah yang semula masuk kabupaten termiskin itu telah disulap menjadi salah satu yang termoncer di Jawa Timur.Di tangan Masfuk, Lamongan menjelma menjadi pusat wisata bahari terbesar di provinsi itu. Dalam industri, Lamongan juga sudah mulai mengejar Gresik yang masuk dalam pusat industri Indonesia. Pertanian Lamongan juga semakin maju.
Nur Mahmudi dan Masfuk menjadi potret yang menjawab keraguan publik terhadap reformasi 1998. ''Tidak betul reformasi gagal!'' Seolah itulah jawaban mereka melalui kerja-kerjanya. Reformasi telah membuat banyak daerah melesat maju. Kreativitas daerah, yang dulu banyak terkendala oleh kuatnya pusat, kini dapat berkembang pesat. Rakyatlah yang memetik buah perkembangan itu.
Bukan hanya anggapan bahwa reformasi gagal yang terbantahkan oleh sosok Nur Mahmudi dan Masfuk. Sosok mereka juga membantah anggapan bahwa politik itu kotor dan politisi selalu merusak. Mereka sama-sama politisi. Nur Mahmudi dari PKS, sedangkan Masfuk dari PAN. Keduanya bukan merusak, melainkan membangun secara luar biasa. Ini yang perlu diapresiasi.
''Sebenarnya, resep sampeyan itu apa?'' tanya saya. ''Tidak ada resep khusus, Mas. Yang penting, kita siap kerja siang-malam. Sabtu-Minggu, ya tetap kerja. Semuanya dibikin terbuka. Jangan ada yang ditutup-tutupi,'' kata Nur Mahmudi.Hal serupa dikemukakan Masfuk. ''Yang penting, jangan bersikap seperti pejabat yang minta dihormati. Pemimpin harus siap ke sawah dan ke pasar. Ngomong dengan mereka, foto-foto bareng mereka.''
Semua pemimpin bangsa ini semestinya seperti mereka. Bukan pemimpin yang serba menjaga wibawa. Namun, pemimpin yang bergaul dan merasakan betul kehidupan rakyat. Hanya dengan jalan itu negeri ini maju dan seluruh rakyat akan tersenyum selalu.
-------
sumber: Republika