Obama dan McCain dalam Timbangan Kepentingan Israel

Oleh Shalih Nuami
-----------------------
Lembaga pengambil kebijakan dan penilai strategi di Israel sangat peduli dengan kemenangan pemilihan presiden dalam pemilu Amerika. sebab pemilihan presiden AS memiliki pengaruh besar terhadap Israel dan masa depannya.

Semua indikasi menyebutkan bahwa hasil pemilihan presiden di AS kali ini memberikan pengaruh besar terhadap hubungan antara kedua pihak Israel dan AS. Bahkan untuk masa depan Israel sendiri. Sebab ada masalah krusial yang sangat besar yang harus diselesaikan. Namun Israel sendiri menyadari bahwa mengatasi masalah itu sekali lagi bergantung kepada kerjasama dengan AS. Karena kewenangan presiden sangat besar dalam pemerintahan AS dalam hubungan luar negeri dan bahkan mutlak, maka kepedulian Israel terhadap hasil pemilihan presiden AS kali ini sangatlah tinggi. Pada saat yang sama, salah satu pasal dalam akidah keamanan Israel adalah bahwa Israel harus berkoalisi dengan negara kuat. Ini akidah sejak Israel didirikan.

Masalah Iran

Bagi Israel ada dua masalah penting dimana negara zionis harus tenang dari orientasi dua kandidat presiden AS baikd dari partai Republik atau Demokrat yakni masalah nuklir Iran dan kepentingan Israel dalam perundingan dengan Palestina.

Bagi penentu kebjikan Israel dan penilai strategi di sana, proyek nuklir Iran adalah ancaman terbesar bagi Israel saat ini. Buktinya, selama ini Israel mengerahkan seluruh tenaganya di bidang intelijensi untuk menggagalkan proyek nuklir Iran ini. Buktinya, kepala badan intelijen Mossad, Meir Dagan dialihkan jabatannya menjadi ketua tim yang mengatasi proyek nuklir Iran menjadi orang terpenting yang memiliki wewenang menentukan kebijakan.

Dalam menghadapi ancaman Iran ini, Israel lebih memilih melakukan tekanan politik dan ekonomi serta sarana militer. Dalam hal ini, Israel menilai peran presiden AS ke depan sangat menentukan. Saat ini Israel menilai menekan Iran dari sisi ekonomi dan politik sangat sulit untuk membuat negara para mullah itu menghentikan program nuklirnya. Apalagi setelah krisis Georgia dan Rusia yang membuat Iran makin ekstrim dan semakin sulit menekan Rusia untuk mengembargo Iran. Kekhawatiran Israel terhadap Iran bukan saja karena mereka mampu membuat bom nuklir, namun Israel juga khawatir Iran mendapatkan suplai iptek yang bisa digunakan untuk mengembangkan uranium yang cukup membuat bom nulklir di masa depan. Israel menilai,meski pihaknya berhasil menghancurkan proyektor nuklir Iran setelah mereka memperoleh suplai iptek tersebut maka hal itu tidak akan memberikan hasil apapun. Soal aktifitas militer, Israel menilai ada dua sekenario soal penggunakan kekuatan militer menggagalkan program nuklir Iran; pertama AS yang melakukannya atau Israel. Tentu Israel lebih memilih sekenario pertama karena kemampuan militernya yang besar.

Untuk menunaikan tugas yang ini (invasi militer) maka tentu Israel lebih memilih kemenangan John McCain karena sikapnya yang tegas terhadap proyek Iran disamping karena ia jenderal dan pejabat coordinator militer AS dan kongresnya. Keseriusan kandidat yang satu ini dalam hal menyelesaikan nuklir Iran lebih besar daripada Obama.
Emer Iron, pengamat militer harian Haaretz Israel menilai McCain adalah presiden AS terbaik sebab ia memiliki pandangan yang orsinil dan kuat soal kebutuhan membangun koalisi internasional dalam memerangi apa yang disebut negara-negara pembelot. Ia dinilai lebih baik daripada pesaingnya. Pada saat yang sama, ada ketidakpercayaan Israel terhadap Obama meski janji-janjinya yang diberikan kepada Israel. Obama dinilai meragukan dalam komitmen menghadapi ancaman Israel ketika ia berpidato di depan AIPAC, organisasi penekan Israel terbesar di AS. Keraguan Israel terhadap Obama menurut para wartawan di Israel seperti Nahom Berne’ dan Simon Shafer dalam harian Yediot Aharonot karena Obama berakar dari Islam, sebab nama ayah Obama adalah Husain. Dalam pidatonya di depan AIPAC, Obama berjanii akan menjaga keamanan Israel, menjamin kwalitas dan perbekalan militer yang mampu digunakan untuk menghadapi ancaman Iran, merencanakan penjualan senjata kepada Israel dalam dua decade dengan nilai 30 miliar dolar, memberikan system pertahanan rudal kepada Israel sesuai dengan peraturan NATO. Menurut wartawan Israel, masalah Obama hanya karena janjinya melakukan perundingan dengan presiden Iran.

Data jajak pendapat terakhir di AS, kans Obama mengungguli John McCain. Namun meskipun seandainya John McCain menang dalam bursa pemilihan presiden AS, dan berhasil menyelesaikan proyek nuklir Iran, maka dalam kondisi sekarang ini ada keraguan besar soal keberanian John McCain menyerang Iran seperti yang diinginkan oleh Israel. Ini karena krisis ekonomi dan keuangan di AS saat ini dan tekanan elit militer AS yang menyatakan bahwa serangan ke Iran akan mengancam keberadaan Iran di Iran dan akan membuat sulit AS di Afganistan.

Karenanya, pada saat ini, ada banyak indikasi Israel ingin AS melakukan serangan militer ke Iran di fase antara pemilu AS dan sebelum jabatan presiden AS diserahkan kepada prsiden terpilih. Sebab Bush tidak akan terpengaruh dengan serangan ini.

Presiden AS mendatang dan prinsip dasar Israel

Israel menggadaikan secara berlebihan kepada peran presiden AS yang baru dalam hal dukungannya terhadap kepentingan Israel dalam perundingan dengan Palestina. Israel meminta dari presdien AS yang baru bahwa tidak akan ada perundingan politik dengan Palestina. Israel sudah menyampaikan kepada calon presiden AS sebagai berikut:

1. Syarat pendirian negara Palestina adalah Palestina harus menghentikan perlawanan yang disebutnya sebagai aksi terorisme.

2. Mendirikan system politik Palestina yang tegas terhadap aksi provokasi terhadap Israel dan siap mengawasi dalam system pendidikan dan media masa.

3. Presiden AS harus komitmen dengan surat jaminan presdien Bush kepada PM Israel Ariel Sharon dimana AS mengakui realitas demografi setelah perang Juni 1967 terutama keberadaan permukiman Israel.

4. Penampungan pengungsi Palestina tidak boleh di dalam wilayah Israel. Artinya Israel menolak hak kembali pengungsi Palestina.

Penentu kebijakan Israel merasa tenang dengan sikap John McCain dalam masalah-masalah di atas. Meski Obama dalam banyak kesempatan komitemen mendepak Hamas dan mengambil segala kebijakan untuk kepentingan Israel.
Namun demikian di Israel adalah yang menilai bahwa identitas presiden AS mendatang tidaklah penting. Mantan menteri pertahanan Israel, Moshe Arnis mengatakan, hubungan AS – Israel terfokus kepada dasar yang kuat soal nilai dan kepentingan Israel bersama yang tidak mengandalkan identitas pemerintah penguasa di AS. Ia menegaskan bahwa bahaya bagi pemimpin politik Israel yang mengungkapkan kekhawatirannya akan masa depan hubungan AS dengan Israel agar kekhawatiran itu tidak jadi kenyataan. Arnis menegaskan bahwa meski hubungan Israel dan AS baik dan akan membaik, namun Israel meminta kepada presiden AS mendatang untuk menerapkan keputusan Kongres memindahkan kedubes AS dari Tel Aviv ke Al-Quds dan membebaskan agen Yahudi Amerika, Joshan Bulard yang memata-matai untuk kepentinagn Israel dan mengintenskan kerjasama Ameriak Israel dalam masalah teknologi. (bn-bsyr)
----------------------
sumber: infopalestina
Baca juga :