
pkspiyunganonline: Ibarat pohon, makin tinggi makin kencang angin menerpanya. Begitulah PKS. Melesat makin kencang dan makin disukai publik, makin tajam pula sorotan terhadap mereka. Toh, mereka tak terusik. Maju terus.
Keyakinan elit dan kader PKS akan nilai positif angka delapan sebagai nomor urut parpol itu di Pemilu 2009, misalnya, tak henti dihujani dikiritik. Tak sedikit pihak menyebut mereka mulai melenceng dari relnya karena percaya takhyul.
Sebeliknya, dalam berbagai kesempatan, Ketua Majelis Syuro PKS KH Hilmi Aminuddin menegaskan, angka delapan adalah angka kemenangan. Ketua Tim Pemenangan Pemilu Nasional PKS Anis Matta menimpali, delapan adalah angka abadi karena sekali masuk ke dalam susah ke luar. Pas dengan sifat PKS.
Tentu, Hilmi dan Anis tak bermaksud mengkultuskan angka delapan. Mereka hanya menegaskan bahwa karakter angka delapan itu tak terputus, sama dengan keteladanan dan kepedulian PKS kepada masyarakat lewat dakwah-dakwahnya yang berkesinambungan.
PKS, memang, tidak hanya berdakwah di kalangan marjinal, tapi juga di tengah pusat perubahan, pusat modal, dan pengambil keputusan. "Perubahan masyarakat sesuai ketentuan ayat Allah, tidak bisa dilakukan selain fi ummiha, di tengah pusaran pengambilan keputusan," kata Hilmi.
Esensi dakwah, menurut Hilmi, adalah menebarkan kebajikan dan mencegah kebinasaan karena sifat zalim. "Karena itu, dakwah tidak hanya melalui amar makruf, amal kebajikan, tapi juga nahi mungkar agar sifat-sifat naudzubillah tidak merajai bangsa ini," tandasnya.
PKS pun tak henti menggulirkan isu-isu publik yang berbau substantif dan strategis. Isu pemberantasan korupsi dan solidaritas kemanusiaan jadi 'barang jualan' mereka saat kampanye.
Para pengamat mencatat, PKS memang 'partai kader', bukan partai figur. Karena PKS adalah partai kader, mereka tidak khawatir akan keberadaannya di hari-hari kemudian.
PKS tinggal mengembangkan program dan aktivitas yang dikelola profesional oleh kader-kadernya di berbagai wilayah. Lambat laun massa PKS akan selalu bertambah melalui konsistensi dan militansi perjuangan kadernya.
Seperti biasanya, ketika menjelang Pemilu dan selama masa kampanye, PKS sangat rajin menggali simpati massa publik melalui beragam cara, dari turun ke jalan, pendekatan door to door, hingga menyapa lapisan masyarakat bawah (grassroots).
Tidak heran jika PKS memperoleh kenaikan suara yang sangat pesat di Pemilu 2004. Di Pemilu 2009, tak mustahil perolehan suara mereka jauh lebih banyak dan mengancam parpol lain yang lebih besar serta berpengalaman.
Semua itu diperkuat inklusifisme, keterbukaan, sikap saling menyanyangi, dan menghormati sesuai 'politik ruhamma' yang jadi semboyan PKS. [Habis/I3]
sumber: inilah.com
PKS, memang, tidak hanya berdakwah di kalangan marjinal, tapi juga di tengah pusat perubahan, pusat modal, dan pengambil keputusan. "Perubahan masyarakat sesuai ketentuan ayat Allah, tidak bisa dilakukan selain fi ummiha, di tengah pusaran pengambilan keputusan," kata Hilmi.
Esensi dakwah, menurut Hilmi, adalah menebarkan kebajikan dan mencegah kebinasaan karena sifat zalim. "Karena itu, dakwah tidak hanya melalui amar makruf, amal kebajikan, tapi juga nahi mungkar agar sifat-sifat naudzubillah tidak merajai bangsa ini," tandasnya.
PKS pun tak henti menggulirkan isu-isu publik yang berbau substantif dan strategis. Isu pemberantasan korupsi dan solidaritas kemanusiaan jadi 'barang jualan' mereka saat kampanye.
Para pengamat mencatat, PKS memang 'partai kader', bukan partai figur. Karena PKS adalah partai kader, mereka tidak khawatir akan keberadaannya di hari-hari kemudian.
PKS tinggal mengembangkan program dan aktivitas yang dikelola profesional oleh kader-kadernya di berbagai wilayah. Lambat laun massa PKS akan selalu bertambah melalui konsistensi dan militansi perjuangan kadernya.
Seperti biasanya, ketika menjelang Pemilu dan selama masa kampanye, PKS sangat rajin menggali simpati massa publik melalui beragam cara, dari turun ke jalan, pendekatan door to door, hingga menyapa lapisan masyarakat bawah (grassroots).
Tidak heran jika PKS memperoleh kenaikan suara yang sangat pesat di Pemilu 2004. Di Pemilu 2009, tak mustahil perolehan suara mereka jauh lebih banyak dan mengancam parpol lain yang lebih besar serta berpengalaman.
Semua itu diperkuat inklusifisme, keterbukaan, sikap saling menyanyangi, dan menghormati sesuai 'politik ruhamma' yang jadi semboyan PKS. [Habis/I3]
sumber: inilah.com