pkspiyunganonline: Fitrah perubahan di Indonesia selalu dilakukan pemimpin muda. Sejarah sudah membuktikan hal tersebut dan Pemilu 2009 akan menjadi pembuktiannya kembali. Namun, tak sekadar butuh pemimpin dari golongan muda, Indonesia butuh pemimpin muda yang berani mengubah tatanan ekonomi nasional.
‘'Memang kenyataannya fitrah perubahan ada pada generasi muda,'‘ kata Sekretaris Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (FPKS), Mustafa Kamal, dalam Diskusi Publik Tampilnya Tokoh Muda di Asia Tenggara, di Jakarta, Selasa (5/8).
Hadir dalam diskusi itu Ketua Fraksi Golkar Priyo Budi Santoso, Sekretaris Fraksi PKS Mustafa Kamal, ekonom Iman Sugema, dan tokoh muda Malaysia Ezam Mohamad Noor.
Dijelaskannya, PKS terus menerus menggelontorkan wacana pemimpin muda. Alasan utamanya adalah mendobrak kemapanan politik yang dinilai tidak normal. Dibutuhkan keberanian politik untuk memunculkan sesuatu yang baru. Menurutnya, pemimpin senior di Indonesia tidak berpikir normal. Semisal, menjadi presiden dikala partainya tidak mayoritas di legislatif. Menjadi wakil presiden tetapi partainya menguasai DPR. Harusnya ada koalisi yang baik, tapi yang terjadi adalah akomodasi politik.
‘'Koalisi (yang sekarang) tidak ada visi, sangat pragmatis, saling curiga, cari untung satu sama lain. Pemimpin tidak pernah duduk bersama pikirkan visi bangsa, sehingga jadilah seperti ini. Permainan politik justru mewarnai pengambilan kebijakan di Indonesia,'‘ katanya.
PKS menggarap isu pemimpin muda dengan harapan parpol besar lainnya juga ikut melakukan hal serupa. Alhasil, adanya isu pemimpin muda, Partai Golkar dan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) berani memunculkan figur mudanya. Bila terjadi, PKS mengaku siap mendukung.
‘'Jadi tensinya dinaikkan PKS. Golkar dan PDIP mau tidak mau harus jawab tantangan ini. Misal, pernyataan Pak Tifatul (Tifatul Sembiring, presiden PKS) akhirnya membawa PDIP lewat Bu Mega menjawab dan mengeluarkan pernyataannya,'‘ katanya. ‘'Yang pasti, kami tidak berpikir yang terbaik pasti dari PKS. Sebab, bisa jadi calon terbaik itu ada di Golkar dan PDIP . Tapi kami yakin itu bisa terjadi kalau di internal partainya itu ada perubahan yang memadai,'‘ sambungnya.
Ketua Fraksi Golkar, Priyo Budi Santoso, mengatakan, tanggapan soal pemimpin muda di PKS berbeda dengan di Golkar. Ia mengakui, terjadi proses tarik-menarik yang berkecamuk soal pencalonan legislatif di Golkar, termasuk masuknya golongan muda. Priyo mengaku menjadi pintu masuk untuk merekrut tokoh muda potensial.
‘'Di Golkar (kami) susah payah meyakinkan seluruh elemen partai, kami sampai harus marah dan gebrak meja,'‘ kata Priyo. ‘'Enakan Mustafa di PKS, di sana otomatis yang muda maju. Kalau di kami itu susah antrenya. Sudah seperti tiga kilometer,'‘ sambungnya.
Pengamat ekonomi, Iman Sugema, mengatakan, karakter kaum muda memang membawa perubahan. Ia meminta pemimpin muda mencermati betul tatanan ekonomi Indonesia saat ini. ‘'Pemimpin muda harus hadir tapi lebih fokus lagi adalah mengubah tatanan ekonomi kita,'‘ pesannya.
sumber: republika (6/8/2008)