Catatan Perjalanan Admin ke Ibukota
Assalamu'alaikum sobat-sobatku di Piyungan,
Banyak peristiwa menarik yang terjadi sepanjang perjalanan admin dari Jogja ke Jakarta semalam. Sebenarnya, admin udah me-list berita-berita apa yang akan dishare buat sobat-sobat piyungan. Namun, begitu kaki menjejak terminal Blok M dan mata menyasar ke loper koran yang menggelar beraneka warna harian Ibu Kota, ada headline yang hampir seragam dengan judul yang berbeda-beda. Topiknya 'hot issue' Ahmadiyah. Terpaksa dech, catatan Admin terfokus untuk 'membedah' headline harian ibukota [Plus disertai foto-foto lho biar valid dan ber-nash githu!].
Kalo judul tulisan ini rada 'garang', admin mengikuti saran Akh Dimar yang baru kursus jurnalistik. Katanya, judul tulisan harus membuat penasaran pembaca. Kalo pembaca tulisan ini penasaran dengan judul diatas, berarti manjur juga tuh jurus Mas Dimar.
Hari ini polemik tentang Ahmadiyah masih berlanjut walaupun pemerintah sudah mengeluarkan SKB (Surat Keputusan Bersama) yang diteken Menteri Agama, Menteri Dalam Negeri, dan Jaksa Agung yang memerintahkan Jemaat Ahmadiyah Indonesia [JAI] menghentikan penyebaran, penafsiran, dan kegiatan yang menyimpang dari pokok-pokok ajaran Islam.
Dari pantauan Admin terhadap beberapa surat kabar yang terbit di ibukota [kebetulan saat transit di terminal Blok M ada penjaja koran-jadi sempetin jeprat jepret], aroma pro-kontra terhadap terbitnya SKB itu makin memanas.
Surat kabar Republika memberi judul headlinenya: 'Aktivitas Ahmadiyah Dilarang'. Kompas menulis 'Pemerintah di Atas Semua Pihak'. Koran Tempo: 'Kegiatan Ahmadiyah Dilarang'. Yang cukup garang adalah judul headline harian Nonstop: 'Ahmadiyah Is Dead', dan yang bikin heboh adalah headline Pos Kota : 'Gusdur: Sampai Mati Saya Bela Ahmadiyah' yang disambung dengan pernyataan Habib Rizieq: 'Tangkap Gusdur!'.
Pernyataan menyejukkan disampaikan KH Ma'ruf Amin. "Meski isinya hanya bisa menghentikan kegiatan keagamaan Ahmadiyah yang menyimpang dan tak bisa melarang atau membubarkan Ahmadiyah, Alhamdulillah kita perlu syukuri dulu keputusan itu", kata Ketua Komisi Fatwa MUI ini kepada Republika.
So, what next 'Ahmadiyah'...?!$#
So, what next 'Ahmadiyah'...?!$#