Editor: Abu Hasan Surhim
[pkspiyungan online]Bagaimana penampilan Masjumi, NU, PSII, dan Perti dalam melintasi zaman revolusi kemerdekaan, demokrasi parlementer, dan demokrasi terpimpin? Bagaimana posisi mereka dalam berbagai peristiwa penting seperti pemberontakan PRRI/Permesta dan adu gagasan kenegaraan dalam konstitusi 1955? Semua itu dilukiskan Deliar Noer dalam buku ini dengan didukung setumpuk kepustakaan dan dokumen – termasuk dokumen pribadi Dr. Moh. Hatta.
Pada buku ini Deliar Noer melakukan studi mengenai pasang surut partai-partai Islam dalam rentang waktu 1945-196. Kajian dan telusurannya mau tidak mau membeberkan konflik-konflik yang terjadi antar partai dan inter partai. Dan tokoh-tokoh yang memang menonjol dalam keputusan dan peristiwa politik penting ditampilkan dominan. Sederetan nama politikus islam mewarnai buku ini, memperlihatkan wawasan politik dan integritas mereka. Dengan tajam Deliar Noer meneropong organisasi politik. Tidak urung ia pun menyimpulkan betapa suatu partai mengalami kegagalan dalam kaderisasi lantaran ‘monopoli’ orang-orang senior di teras partai, dan kegagaln lain dalam membentuk elite politik yang berbobot nasional diakibatkan oleh tradisi patrenalistik yang berakar di lembaga-lembaga pendidikan tradisional.
Penulis membagi buku ini dalam delapan bab yang mencerminkan isinya:
Bab 1- Umat Islam Indonesia Menjelang Merdeka
Bab 2- Berdirinya Partai-Partai Islam
Bab 3- Kepemimpinan dan Ideologi
Bab 4- Masjumi dan Pemerintah (1945-1949)
Bab 5- Partai-Partai Islam dan Pemerintah (1950-1957)
Bab 6- Partai-Partai Islam dan Problem Indonesia (1950-1957)
Bab 7- Demokrasi Terpimpin 1957-1965
Bab 8- Kesimpulan
Berikut Kata Pengantar Deliar Noer dalam bukunya tersebut:
Akhirnya sampai juga kitab ini ke tangan pembaca. la telah lama disiapkan, terlalu lama sehingga dalam masa-masa tertentu ia menerbitkan rasa jenuh pada diri penulis. Ia dimulai dengan persiapan-persiapan, termasuk pengumpulan bahan, untuk tesis penu¬lis untuk mencapai gelar M.A. di Universitas Cornell, dengan judul: Masjumi: ltS Organization, Role and Position in Indonesia. Sebagai tercantum dalam judul, tesis ini terbatas pada partai Masjumi saja, sungguhpun hal-hal yang relevan berkenaan dengan partai lain ada juga disinggung. Dalam kitab ini kedudukan dan peranan partai-partai Islam lain dikembangkan. Di samping itu, tesis tadi berhenti pada permulaan pemberontakan PRRIIPermesta (1958), karena memang studi untuk memperoleh gelar M.A. itu penulis lakukan hingga tahun 1958 ¬walaupun secara resmi studi tersebut selesai Februari 1959. Oleh karena lanjutan studi ini penulis lakukan juga di Cornell, sedangkan disertasi yang penulis siapkan untuk memperoleh gelar Ph. D. mengenai masa sebelum Jepang masuk ke Indonesia (yaitu masa 1900-1942), perhatian terhadap masa merdeka penulis batasi pada maksud untuk tidak tertinggal dari perkembangan keadaan; bukan menelaahnya secara sungguh-sungguh untuk dijadikan buku. Kalau ada pun bahan terkumpul, ia sekadar dimaksud untuk garapan kemudian.
Masa garapan ini tidak tiba ketika penulis berada di tanah air kembali dari Cornell menjelang akhir 1962. Masa terse but memang bukan merupakan masa yang memberi keleluasaan untuk melakukan riset, apalagi tentang partai-partai Islam. Masjumi pun telah bubar (1960), dan banyak di antara tokohnya yang masuk penjara. Sebagian di antaranya disiksa. Penulis pun berada di Medan (1963-1965), suatu tempat yang relatif baru dalam berperan sebagai kota universitas. Baru setahun setengah penulis aktif di Universitas Sumatera Utara, Medan, penulis dilarang mengajar, semata-mata atas desakan mahasiswa kiri dan Partai Komunis Indonesia. Ketika itu USU dipimpin oleh suatu presidium, yang diketuai oleh Gubernur Sumatera Utara, Kolonel Ulung Sitepu, yang kemudian setelah peristiwa Gestapu PKI (1965) ternyata termasuk seorang yang terlibat di dalamnya; ia ditahan oleh yang berwajib, dibawa ke pengadilan, dan dihukum mati.
Ketika itu (mulai 1965), walaupun penulis sudah berada di Jakarta kembali, perkembangan politik tidak membantu untuk melaksanakan riset lanjutan. Perhatian perlu diberikan pada hal-hal semasa yang mendesak: sebagai anggota ahli pada staf Koti (Komando Operasi Tertinggi), anggota pada Tim Ahli yang diperbantukan pada Ketua Presidium Kabinet, kemudian Presiden (1966-1969), sebagai dosen luar biasa pada berbagai sekolah staf dalam lingkungan ABRI (termasuk Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat, Bandung; Sekolah Kesatuan Angkatan Udara, Jakarta; pernah juga di Sekolah Staf dan Komando Angkatan Laut, serta Lembaga Pertahanan Nasional, Jakarta, di samping sebagai rektor dan dosen (kemudian guru besar) pada Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Jakarta (1967-1974), serta dosen luar biasa pada Fakultas Ilmu-Ilmu Sosial, Universitas Indonesia, Jakarta (1965-1974). Terutama sebagai Rektor IKIP Jakarta, banyak sekali waktu terpakai karena administrasi perguruan ini sempat terbengkalai pada masa-masa peralihan setelah Peristiwa Gestapu/PKI tahun 1965. Sementara itu, berbagai perkem¬bangan menarik penulis untuk menulis artikel dan makalah.
Baru pada tahun 1975 penulis kembali membalik-balik lembaran tentang Masjumi serta partai-partai Islam lain itu. Penulis bermaksud memperluas isi tesis semula sehingga meliputi partai-partai Islam pada umumnya. Partai-partai tersebut, betapapun penilaian terhadapnya, merupakan bagian dari umat Islam dalam menyalurkan aspirasi politik mereka. Hanya sayang, bahwa kesempatan terse but tiba setelah penulis berada di Australia, mulanya pada Australian National University di Canberra, kemudian (sejak 1976) pada Griffith University di Brisbane. Dengan berada di tempat yang jauh dari Indonesia ini, di satu pihak penulis membuat jarak terhadap obyek yang diteliti, tetapi di lain pihak, bahan-bahan yang diperlukan sebagian perlu ditanyakan ke Indonesja; apalagi tokoh-tokoh yang perlu didatangi semuanya berada di tanah air. Dalam rangka ini penulis berterima kasih kepada dua orang pemuda yang pernah menjadi mahasiswa penulis, yaitu Armein Daulay dan Awad Bahasoan; mereka turut membantu dalam mencari¬kan bahan-bahan tersebut. Mengapa tidak penulis sendiri mencari bahan-bahan tersebut di tanah air, telah terjawab dengan kata Pengantar pada buku Ideologi, Politi" dan Pembangunan (1982).
Pada tahun 1982 barulah naskah yang menjadi isi kitab ini dapat selesai setelah semenjak tahun 1981 penulis telah dapat sering berada di tanah air kembali. Namun, perasaan jenuh terhadap soal dan bahan yang dikumpulkan muncul juga. Untunglah, perhatian dapat dialihkan sekali-sekali kepada segi-segi lain dari Islam dan politik (dan segi-segi lain dari persoalan partai-partai Islam) sehingga berbagai tulisan (ada yang berupa buku, ada yang berupa artikel dan makalah) terbit antara tahun 1976 dan 1983.
Akhirnya kitab inilah yang pembaca hadapi sebagai hasil berbagai usaha, masa, dan perhatian. Penulis berterima kasih kepada banyak pihak atas bantuan yang diberikan dalam mempersiapkan buku ini. Tidak semuanya dapat penulis sebut, tetapi kalau dikatakan juga beberapa di antaranya bukan berarti bahwa yang lain kurang bantuannya. Tentu mereka maklum mengapa nama mereka tidak muncul di halaman ini. Lagi pula, tidak akan mungkin semua yang membantu itu dideretkan di sini.
Bantuan bahan penulis peroleh dari sebagian pemimpin partai-partai Islam tersebut, baik di pusat maupun di cabang. Termasuk di dalamnya Masjumi, Nahdatul Ulama, Partai Syarikat Islam Indonesia, dan Perti.
Almarhum Mohammad Hatta memberi kejelasan kepada penulis tentang berbagai aspek perkembangan politik di tanah air. Para pejabat di Perpustakaan Museum di Jakarta tidak bosan meladeni penulis dalam mencarikan berbagai surat kabar, majalah, dan buku. Profesor Abdul Gafar Pringgodigdo pad a tahun 1955 memberi kesempatan kepada penulis untuk membaca notulen yang beliau simpan dari Badan Penyelidik Usaha-Usaha Kemerdekaan Indonesia (1945). Di Australia penulis memperoleh bantuan dari Australian National University,
terutama bagiannya yang bernama Research School of Pacific and Southeast Asia History yaug memberi kesempatan kepada penulis untuk semata-mata melakuka,n riset selama setahun; Griffith Universi¬ty, terutama School of Modern Asian Studies, yang memberi bantuan kepada penulis untuk melawat Indonesia beberapa kali serta juga mengunjungi Leiden, London, dan Ithaca, N.Y. (Cornell) guna mengecek beberapa bahan. Di Amerika George dan Audrey Kahin telah memberikan berbagai komentar dan pertanyaan sehingga penulis terhindar dari berbagai kekurangan. Tidak berarti bahwa isi kitab ini telah sempurna. Adalah penulis sendiri yang mengakui berbagai kelemahan kitab ini. Namun, penulis rasa, baiklah ia diterbitkan saja, sekurang-kurangnya untuk menelaah kembali bersama-sama pembaca masa dua puluh tahun kita merdeka.
Ada satu aspek dari buku ini yang agaknya termasuk peka, yaitu masa Demokrasi Terpimpin. Sebagai yang kita amati kemudian, ban yak di antara kita yang sebenarnya tidak menyetujui perkembangan pada masa itu. Ucapan bahwa Demokrasi Terpimpin tinggal "terpim¬pinnya" dan "demokrasinya hilang" merupakan cermin ketidakse¬tujuan ini. Mungkin pula mereka yang terlibat dalam gerak dan kegiatan Demokrasi Terpimpin hanya menanam tebu di bibir, bermulut manis, sedangkan hati meluap karena penolakan terhadapnya. Maka, kalaupun perkembangan masa Demokrasi Terpimpin itu penulis ungkapkan secara terus terang dalam kitab ini dan sebagian sikap tokoh-tokoh umat di masa itu kurang dapat dipahami karena se~kan mereka hanyut dalam arus perkembangan tadi, bukanlah penulis maksudkan untuk membuka-buka cerita lama yang sebenarnya lebih baik dilupakan, melainkan agar menjadi pelajaran bagi kita semua, apa dan bagaimana sebaiknya langkah dan sikap kita dalam satu-satu masa yang mungkin saja akan muncullagi di masa-masa hadapan. Terutama generasi muda kita perlu sekali rasanya mengetahui perkembangan yang tidak mereka alami; agar pandai-pandai mereka meniti buih ¬bukan saja agar mereka selamat sampai ke seberang, melainkan agar segenap umat kita, malah bangsa kita selamat dari garis dan arah yang kemudian merupakan penyesalan belaka. Oleh sebab itu pula, buku ini penulis persembahkan kepada generasi yang seangkatan dengan Dian, anak penulis, yang kebetulan lahir pada tahun terakhir masa Demokra¬si Terpimpin. Ibunya tabah mendampingi penulis. Terima kasih yang tidak habis penulis sampaikan kepadanya.
Mudah-mudahan Allah mengampuni kita dan melindungi kit a seterusnya dalam mengabdikan diri kepada-Nya. Amin.
D.N.
Brisbane, Agustus 1984
[pkspiyungan online]Bagaimana penampilan Masjumi, NU, PSII, dan Perti dalam melintasi zaman revolusi kemerdekaan, demokrasi parlementer, dan demokrasi terpimpin? Bagaimana posisi mereka dalam berbagai peristiwa penting seperti pemberontakan PRRI/Permesta dan adu gagasan kenegaraan dalam konstitusi 1955? Semua itu dilukiskan Deliar Noer dalam buku ini dengan didukung setumpuk kepustakaan dan dokumen – termasuk dokumen pribadi Dr. Moh. Hatta.
Pada buku ini Deliar Noer melakukan studi mengenai pasang surut partai-partai Islam dalam rentang waktu 1945-196. Kajian dan telusurannya mau tidak mau membeberkan konflik-konflik yang terjadi antar partai dan inter partai. Dan tokoh-tokoh yang memang menonjol dalam keputusan dan peristiwa politik penting ditampilkan dominan. Sederetan nama politikus islam mewarnai buku ini, memperlihatkan wawasan politik dan integritas mereka. Dengan tajam Deliar Noer meneropong organisasi politik. Tidak urung ia pun menyimpulkan betapa suatu partai mengalami kegagalan dalam kaderisasi lantaran ‘monopoli’ orang-orang senior di teras partai, dan kegagaln lain dalam membentuk elite politik yang berbobot nasional diakibatkan oleh tradisi patrenalistik yang berakar di lembaga-lembaga pendidikan tradisional.
Penulis membagi buku ini dalam delapan bab yang mencerminkan isinya:
Bab 1- Umat Islam Indonesia Menjelang Merdeka
Bab 2- Berdirinya Partai-Partai Islam
Bab 3- Kepemimpinan dan Ideologi
Bab 4- Masjumi dan Pemerintah (1945-1949)
Bab 5- Partai-Partai Islam dan Pemerintah (1950-1957)
Bab 6- Partai-Partai Islam dan Problem Indonesia (1950-1957)
Bab 7- Demokrasi Terpimpin 1957-1965
Bab 8- Kesimpulan
Berikut Kata Pengantar Deliar Noer dalam bukunya tersebut:
Akhirnya sampai juga kitab ini ke tangan pembaca. la telah lama disiapkan, terlalu lama sehingga dalam masa-masa tertentu ia menerbitkan rasa jenuh pada diri penulis. Ia dimulai dengan persiapan-persiapan, termasuk pengumpulan bahan, untuk tesis penu¬lis untuk mencapai gelar M.A. di Universitas Cornell, dengan judul: Masjumi: ltS Organization, Role and Position in Indonesia. Sebagai tercantum dalam judul, tesis ini terbatas pada partai Masjumi saja, sungguhpun hal-hal yang relevan berkenaan dengan partai lain ada juga disinggung. Dalam kitab ini kedudukan dan peranan partai-partai Islam lain dikembangkan. Di samping itu, tesis tadi berhenti pada permulaan pemberontakan PRRIIPermesta (1958), karena memang studi untuk memperoleh gelar M.A. itu penulis lakukan hingga tahun 1958 ¬walaupun secara resmi studi tersebut selesai Februari 1959. Oleh karena lanjutan studi ini penulis lakukan juga di Cornell, sedangkan disertasi yang penulis siapkan untuk memperoleh gelar Ph. D. mengenai masa sebelum Jepang masuk ke Indonesia (yaitu masa 1900-1942), perhatian terhadap masa merdeka penulis batasi pada maksud untuk tidak tertinggal dari perkembangan keadaan; bukan menelaahnya secara sungguh-sungguh untuk dijadikan buku. Kalau ada pun bahan terkumpul, ia sekadar dimaksud untuk garapan kemudian.
Masa garapan ini tidak tiba ketika penulis berada di tanah air kembali dari Cornell menjelang akhir 1962. Masa terse but memang bukan merupakan masa yang memberi keleluasaan untuk melakukan riset, apalagi tentang partai-partai Islam. Masjumi pun telah bubar (1960), dan banyak di antara tokohnya yang masuk penjara. Sebagian di antaranya disiksa. Penulis pun berada di Medan (1963-1965), suatu tempat yang relatif baru dalam berperan sebagai kota universitas. Baru setahun setengah penulis aktif di Universitas Sumatera Utara, Medan, penulis dilarang mengajar, semata-mata atas desakan mahasiswa kiri dan Partai Komunis Indonesia. Ketika itu USU dipimpin oleh suatu presidium, yang diketuai oleh Gubernur Sumatera Utara, Kolonel Ulung Sitepu, yang kemudian setelah peristiwa Gestapu PKI (1965) ternyata termasuk seorang yang terlibat di dalamnya; ia ditahan oleh yang berwajib, dibawa ke pengadilan, dan dihukum mati.
Ketika itu (mulai 1965), walaupun penulis sudah berada di Jakarta kembali, perkembangan politik tidak membantu untuk melaksanakan riset lanjutan. Perhatian perlu diberikan pada hal-hal semasa yang mendesak: sebagai anggota ahli pada staf Koti (Komando Operasi Tertinggi), anggota pada Tim Ahli yang diperbantukan pada Ketua Presidium Kabinet, kemudian Presiden (1966-1969), sebagai dosen luar biasa pada berbagai sekolah staf dalam lingkungan ABRI (termasuk Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat, Bandung; Sekolah Kesatuan Angkatan Udara, Jakarta; pernah juga di Sekolah Staf dan Komando Angkatan Laut, serta Lembaga Pertahanan Nasional, Jakarta, di samping sebagai rektor dan dosen (kemudian guru besar) pada Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Jakarta (1967-1974), serta dosen luar biasa pada Fakultas Ilmu-Ilmu Sosial, Universitas Indonesia, Jakarta (1965-1974). Terutama sebagai Rektor IKIP Jakarta, banyak sekali waktu terpakai karena administrasi perguruan ini sempat terbengkalai pada masa-masa peralihan setelah Peristiwa Gestapu/PKI tahun 1965. Sementara itu, berbagai perkem¬bangan menarik penulis untuk menulis artikel dan makalah.
Baru pada tahun 1975 penulis kembali membalik-balik lembaran tentang Masjumi serta partai-partai Islam lain itu. Penulis bermaksud memperluas isi tesis semula sehingga meliputi partai-partai Islam pada umumnya. Partai-partai tersebut, betapapun penilaian terhadapnya, merupakan bagian dari umat Islam dalam menyalurkan aspirasi politik mereka. Hanya sayang, bahwa kesempatan terse but tiba setelah penulis berada di Australia, mulanya pada Australian National University di Canberra, kemudian (sejak 1976) pada Griffith University di Brisbane. Dengan berada di tempat yang jauh dari Indonesia ini, di satu pihak penulis membuat jarak terhadap obyek yang diteliti, tetapi di lain pihak, bahan-bahan yang diperlukan sebagian perlu ditanyakan ke Indonesja; apalagi tokoh-tokoh yang perlu didatangi semuanya berada di tanah air. Dalam rangka ini penulis berterima kasih kepada dua orang pemuda yang pernah menjadi mahasiswa penulis, yaitu Armein Daulay dan Awad Bahasoan; mereka turut membantu dalam mencari¬kan bahan-bahan tersebut. Mengapa tidak penulis sendiri mencari bahan-bahan tersebut di tanah air, telah terjawab dengan kata Pengantar pada buku Ideologi, Politi" dan Pembangunan (1982).
Pada tahun 1982 barulah naskah yang menjadi isi kitab ini dapat selesai setelah semenjak tahun 1981 penulis telah dapat sering berada di tanah air kembali. Namun, perasaan jenuh terhadap soal dan bahan yang dikumpulkan muncul juga. Untunglah, perhatian dapat dialihkan sekali-sekali kepada segi-segi lain dari Islam dan politik (dan segi-segi lain dari persoalan partai-partai Islam) sehingga berbagai tulisan (ada yang berupa buku, ada yang berupa artikel dan makalah) terbit antara tahun 1976 dan 1983.
Akhirnya kitab inilah yang pembaca hadapi sebagai hasil berbagai usaha, masa, dan perhatian. Penulis berterima kasih kepada banyak pihak atas bantuan yang diberikan dalam mempersiapkan buku ini. Tidak semuanya dapat penulis sebut, tetapi kalau dikatakan juga beberapa di antaranya bukan berarti bahwa yang lain kurang bantuannya. Tentu mereka maklum mengapa nama mereka tidak muncul di halaman ini. Lagi pula, tidak akan mungkin semua yang membantu itu dideretkan di sini.
Bantuan bahan penulis peroleh dari sebagian pemimpin partai-partai Islam tersebut, baik di pusat maupun di cabang. Termasuk di dalamnya Masjumi, Nahdatul Ulama, Partai Syarikat Islam Indonesia, dan Perti.
Almarhum Mohammad Hatta memberi kejelasan kepada penulis tentang berbagai aspek perkembangan politik di tanah air. Para pejabat di Perpustakaan Museum di Jakarta tidak bosan meladeni penulis dalam mencarikan berbagai surat kabar, majalah, dan buku. Profesor Abdul Gafar Pringgodigdo pad a tahun 1955 memberi kesempatan kepada penulis untuk membaca notulen yang beliau simpan dari Badan Penyelidik Usaha-Usaha Kemerdekaan Indonesia (1945). Di Australia penulis memperoleh bantuan dari Australian National University,
terutama bagiannya yang bernama Research School of Pacific and Southeast Asia History yaug memberi kesempatan kepada penulis untuk semata-mata melakuka,n riset selama setahun; Griffith Universi¬ty, terutama School of Modern Asian Studies, yang memberi bantuan kepada penulis untuk melawat Indonesia beberapa kali serta juga mengunjungi Leiden, London, dan Ithaca, N.Y. (Cornell) guna mengecek beberapa bahan. Di Amerika George dan Audrey Kahin telah memberikan berbagai komentar dan pertanyaan sehingga penulis terhindar dari berbagai kekurangan. Tidak berarti bahwa isi kitab ini telah sempurna. Adalah penulis sendiri yang mengakui berbagai kelemahan kitab ini. Namun, penulis rasa, baiklah ia diterbitkan saja, sekurang-kurangnya untuk menelaah kembali bersama-sama pembaca masa dua puluh tahun kita merdeka.
Ada satu aspek dari buku ini yang agaknya termasuk peka, yaitu masa Demokrasi Terpimpin. Sebagai yang kita amati kemudian, ban yak di antara kita yang sebenarnya tidak menyetujui perkembangan pada masa itu. Ucapan bahwa Demokrasi Terpimpin tinggal "terpim¬pinnya" dan "demokrasinya hilang" merupakan cermin ketidakse¬tujuan ini. Mungkin pula mereka yang terlibat dalam gerak dan kegiatan Demokrasi Terpimpin hanya menanam tebu di bibir, bermulut manis, sedangkan hati meluap karena penolakan terhadapnya. Maka, kalaupun perkembangan masa Demokrasi Terpimpin itu penulis ungkapkan secara terus terang dalam kitab ini dan sebagian sikap tokoh-tokoh umat di masa itu kurang dapat dipahami karena se~kan mereka hanyut dalam arus perkembangan tadi, bukanlah penulis maksudkan untuk membuka-buka cerita lama yang sebenarnya lebih baik dilupakan, melainkan agar menjadi pelajaran bagi kita semua, apa dan bagaimana sebaiknya langkah dan sikap kita dalam satu-satu masa yang mungkin saja akan muncullagi di masa-masa hadapan. Terutama generasi muda kita perlu sekali rasanya mengetahui perkembangan yang tidak mereka alami; agar pandai-pandai mereka meniti buih ¬bukan saja agar mereka selamat sampai ke seberang, melainkan agar segenap umat kita, malah bangsa kita selamat dari garis dan arah yang kemudian merupakan penyesalan belaka. Oleh sebab itu pula, buku ini penulis persembahkan kepada generasi yang seangkatan dengan Dian, anak penulis, yang kebetulan lahir pada tahun terakhir masa Demokra¬si Terpimpin. Ibunya tabah mendampingi penulis. Terima kasih yang tidak habis penulis sampaikan kepadanya.
Mudah-mudahan Allah mengampuni kita dan melindungi kit a seterusnya dalam mengabdikan diri kepada-Nya. Amin.
D.N.
Brisbane, Agustus 1984