By Design
Cuma Analisa dan Pendapat Pribadi. Jangan dibawa kedalam hati...
Ada Diskusi yang menarik dengan kawan-kawan beberapa tahun yang lalu.
Saya tanya "Siapa yang paling berjasa menjadikan Pak Jokowi jadi Presiden?".
Ada yang menjawab Pak Prabowo.
Alasannya karena Pak Prabowo yang bersikeras mengusung Pak Jokowi di Pilgub DKI Jakarta. Padahal masa tersebut, bahkan Bu Mega masih ragu dengan kadernya yang cuma tiba-tiba terkenal gara-gara Mobil Esemka yang ngga jelas keberadaannya sampai sekarang.
Saya bilang, benar Pak Prabowo berjasa membawa Pak Jokowi dari daerah ke Ibu Kota. Tapi menuju Pilpres, mereka justru berlawanan dan Pak Prabowo dikalahkan.
Terus ada yang menjawab Bu Megawati.
Alasannya karena Bu Megawati yang merestui Pak Jokowi maju dari PDIP. Tanpa restu Bu Mega, Pak Jokowi tidak punya Perahu bertarung di Pilpres.
Saya bilang pendapat tersebut sah-sah saja. Tapi "menyediakan Perahu" bukan penentuan jadi Pemenang Pilpres.
Ada lagi yang menjawab Ahok.
Alasannya, karena berpasangan dengan Ahok di Pilgub DKI Jakarta, maka suara Gerbong "Paling NKRI", silahkan dibaca didahului dengan pakai ngaku-ngaku, yang menguasai Ekonomi Negeri ini bisa bersatu dibelakang Pak Jokowi. Dengan dana tidak terbatas mereka membiayai buzzer-buzzer merusak tatanan Demokrasi dan memecah-belah anak bangsa.
Saya jawab, ya masuk akal. Kelompok minoritas memang solid sejak Pilgub DKI dan dua kali Pilpres mendukung Pak Jokowi. Lucunya yang dianggap bermain rasis malah lawannya. Ha...ha...
Tapi sekali lagi, bukan dana dan buzzer penentu kemenangan seorang Capres. Kalau penekan atau untuk menekan seseorang agar memenangkan calonnnya, iya!
Jawaban terakhir dari kawan-kawan: Pilihan Rakyat!
Saya sampai terbatuk-batuk mendengar jawaban mentah tersebut.
"Bung, kita masih di Indonesia. Sejak kapan kamu percaya kalau suaramu yang menentukan kemenangan Pilpres?"
Kawan-kawan terdiam.
"Menurut saya, yang paling berjasa menjadikan Pak Jokowi jadi Presiden adalah PRESIDEN SEBELUMNYA!"
Artinya, di Pilpres 2014, masa itu Presiden Petahana adalah Pak SBY, maka yang berjasa menjadikan Pak Jokowi jadi Presiden adalah Pak SBY sendiri.
Teori saya, Pilpres secara langsung yang benar-benar murni cuma di Pilpres pertama kita. Tahun 2009. Dimasa itu Tim Pengawas Dunia Internasional turun tangan. Dimenangkan oleh Pak SBY.
Bu Megawati yang masa itu jadi Petahana, mendapatkan jabatan Presiden lungsuran setelah melengserkan Gusdur, kalah telak dari Pak SBY.
Masalahnya. Setelah itu justru Pak SBY malah merusak tatanan Demokrasi bangsa ini. Dimulai dengan kebiasaan buruk merekrut bekas Anggota KPU jadi Anggota Partai Demokrat. Sebut saja Anas Urbaningrum dan Bu Andi Nurpati.
Seharusnya mulai sekarang kita buat undang-undang, semua yang pernah jadi Anggota atau Komisioner KPU dilarang terjun ke dunia Politik. Sekalipun sudah pensiun. Dilarang menjadi Pejabat Publik. Setelah Pensiun diberikan saja uang Pensiun besar. Masa jabatannya minimal 20 tahun. Jadi tidak tergoda lagi dengan tawaran setelah keluar dari KPU.
Kembali ke Pak SBY. Menurut saya, blunder terbesar beliau bagi perjalanan sejarah bangsa ini adalah ketika beliau memutuskan "netral" di Pilpres 2014.
Sikap Netral tersebut adalah dukungan diam-diam kepada Pak Jokowi. Karena di Pilpres tersebut salah satu kandidat Cawapres adalah besan beliau sendiri. Pak Hatta Radjasa. Tapi beliau malah memilih netral.
Jadi menurut saya, Pak SBY mengambil sikap aman, Netral. Siapapun yang paham bahasa tubuh Pak SBY, sudah pasti paham, artinya beliau mendukung Pak Jokowi untuk meneruskan Kursi Kepresidenannya. Bukan mendukung Pak Prabowo yang berpasangan dengan besannya Pak SBY sendiri.
Nah pertanyaan terakhir yang paling menarik...
"Siapa yang mendesain munculnya nama seorang Walikota dengan prestasi biasa-biasa saja (sampai sekarang Solo bukan Kota Termakmur di Indonesia) jadi Toloh Fenomenal?"
Jawabannya sederhana. Orang tersebut adalah yang sudah bekerja sama atau menjalin kerjasama bisnis dengan Pak Jokowi, jauh sebelum nama beliau heboh terutama dengan isu Mobil Esemka yang sudah 10 tahun ngga jelas barangnya.
Sekarang orang tersebut menjadi sosok paling berkuasa di Negeri ini. Menjadi Menkosaurus. Menteri Koordinator segala Urusan. Menteri yang mampu menjadikan Laut (Maritim) satu meja dengan Investasi. Si 4 L (Lu Lagi...Lu Lagi...).
Tidak usah sebut nama. Karena kadang kejujuran sangat berbahaya!
(By Azwar Siregar)