[PORTAL-ISLAM.ID] Masa bakti Anies Baswedan sebagai gubernur Jakarta akan berakhir pada tahun 2022 dan sejumlah analis telah memprediksi mengenai apakah dia punya kesempatan maju lagi di pilkada atau tidak.
Ada yang membaca Anies akan tetap maju ke pilkada Jakarta karena memiliki modal politik yang besar, namun ada pula yang memprediksi dia tak bisa maju dan setelah itu kehilangan panggung politik.
Di antara yang yakin karier politik Anies bakal semakin moncer adalah Wakil Sekretaris Jenderal Persaudaraan Alumni 212 Novel Bamukmin. Novel optimistis Anies kembali ke panggung pilkada Jakarta tahun 2022.
Novel yang juga menjabat wakil ketua Majelis Mudzakarah Indonesia GPMI Jakarta -- salah satu organisasi pendukung kuat Anies dan Sandiaga Uno di pilkada 2017 -- tidak menyebut siapa tokoh yang nanti akan menghadapi Anies.
Tetapi dia meyakini siapapun lawannya, Anies akan keluar menjadi pemenang pilkada tahun 2022.
Novel menyebut sejumlah modal besar yang bisa membawa Anies memimpin Jakarta lagi. Misalnya, dia gubernur muslim yang tidak menghina agama, dia menjadi ikon pemimpin umat Islam Jakarta yang dekat dengan ulama serta warga.
Disebutkan pula, Anies memiliki karakter yang santun, "dan senyap, namun menghasilkan prestasi yang gemilang."
Menurut Novel, saat ini warga Jakarta terayomi dengan motto Anies: "maju kotanya bahagia warganya."
Novel menyebut calon lain masih sulit membendung elektabilitas Anies karena elektabilitas Anies bukan lagi ditingkat daerah, melainkan nasional, "yang seharusnya sejajar, bahkan di atas presiden saat ini maka tak heran kalau Anies Baswedan sering disebut "Gubernur Indonesia."
Novel mengatakan sudah membaca nanti akan ada survei yang mungkin akan melemahkan Anies, namun dia menyatakan tak akan mempercayainya.
"Adapun lembaga lembaga survei sudah hampir semuanya kita tidak percaya karena survei mereka sangat diduga kuat survei bayaran rezim ini yang banyak memanipulasi data," kata Novel kepada Suara.com.
Diprediksi tersingkir
Sementara menurut prediksi sejumlah analis politik, Anies bakal tersingkir dari persaingan di pilkada Jakarta tahun depan dan setelah itu, Anies kemungkinan meredup karena tak memiliki panggung politik.
"Bisa dia kehilangan kursi. Alasannya tiketnya bakal diambil alih Riza Patria (wakil gubernur Jakarta dari Gerindra). Sedangkan lawannya mantan wali kota Surabaya Tri Rismaharini," kata analis dari lembaga Political and Public Policy Jerry Massie kepada Suara.com.
Di pilkada tahun 2017, Anies yang waktu itu duet dengan Sandiaga Uno (kini jadi menteri ekonomi, pariwisata, dan kreatif) diusung oleh Partai Gerindra dan PKS.
Jerry menilai selama menjabat gubernur, Anies lemah dalam melakukan lobi politik ke partai pendukungnya.
Menurut Jerry kemungkinan nanti tinggal Partai Nasdem, PAN dan PKS yang masih mendukung Anies.
Pernyataan Ketua Dewan Pimpinan Cabang Partai Gerindra Jakarta Timur Ali Lubis beberapa waktu yang lalu dinilai Jerry menjadi satu indikasi muncul perlawanan terhadap Anies.
Melalui media sosial, Ali Lubis mengkritik keras penanganan Covid-19 di Jakarta yang dilakukan oleh Anies, sampai dia memunculkan kalimat: "Jika sudah tak sanggup, sebaiknya mundur saja dari jabatan gubernur. Simple kan @aniesbaswedan @DKIJakarta," kata Ali Lubis melalui akun Twitter @AliLubisACTA sebelum bergulir menjadi isu panas.
Menurut Jerry, "serangan ketua Gerindra Jakarta Timur adalah bentuk perlawanan terhadapnya."
Jerry meyakini Anies bisa tersingkir dari jabatan gubernur Jakarta dan untuk menjadi calon presiden pada pemilu 2024 bukan merupakan perjalanan yang mudah bagi Anies.
Jerry memprediksi, "dia bakal tergusur dari Prabowo dan Ganjar Prabowo maupun Ridwan Kamil."
Jerry mengatakan kemungkinan karier politik Anies meredup setelah 2022 lantaran, "gurita PDIP dan Gerindra cukup luar biasa."
Disebutkan Jerry, PKS pun bakal pikir-pikir untuk mencalonkannya. "Memang kemenangan Anies lantaran didongkrak Sandiaga Uno. Bisa jadi Sandiaga dipersiapkan Gerindra untuk DKI 1."
Demikian pula pendapat analis politik lembaga Indo Strategi Research and Consulting Arif Nurul Imam, dia mengatakan, "Kalau tidak ada perubahan UU Pemilu, maka Anies Baswedan akan kehilangan panggung karena masa jabatannya berakhir 2022."
Arif menjelaskan dari pengalaman tokoh yang memiliki elektabilitas tinggi hampir mayoritas karena memiliki panggung untuk menjaga ingatan publik sekaligus menunjukkan kinerja.
"Nah, jika benar pilkada serentak digelar 2024, maka Anies akan kehilangan sorot media dan betotan publik yang secara alamiah potensial menurunkan elektabilitasnya."
(Sumber: Suara)