Polisi AS Pun KALAH CEPAT
Beginilah wajah sang teroris yang hanya di sebut sebagai "a suicide bomber" (pengebom bunuh diri) oleh media-media AS. Dia bernama Anthony Quinn Warner, berusia 63 tahun. Yang turut menjadi korban dalam bom bunuh diri, yang dilakukannya tepat pada Hari Natal pagi, 25 Desember 2020, di Nashville, AS.
Via CCTV, terekam sebuah RV (mobil wisata) yang tiba-tiba meledak di jalan sepi, dan menyebabkan 3 orang terluka. Ternyata RV tersebut sudah ada diparkiran depan AT&T trasmission building sejak jam 1 dini hari, dan meledak sebelum fajar.
Dan hari ini diketahui, korban wafat satu-satunya adalah sang pelaku bom. Yang mengalami keruskan belasan kantor dan beberapa kendaraan rusak parah.
Footages cctv dan dash cam (udah pada pasang belom? Buruan pasang dashcam ya), sempat merekam plat nomer RV sebelum meledak, dan dari sistem data diketahui itu milik Warner.
Warner masuk sistem data polisi, setelah tahun lalu sang ibu kandung menuntutnya dalam kasus perampasan dan penggelapan property. Warner dan keluarganya bukan muslim sehingga tidak ada hukum waris, dan saat sang ayah wafat ia hanya mewariskan rumahnya untuk sang istri, tanpa dibagi kepada kedua putranya, Warner hanya bisa menahan kesal dan kebencian.
Dilingkungannya Warner dikenal sebagai ahli IT dengan nickname Tony, dia adalah petapa, noleb, anti sosial, penyendiri and so on, tapi baik hati. Dia tidak punya teman dekat, pasangan dan keturunan. Makanya tak heran jika aksi bunuh dirinya, dinilai sebagai motif menghilangkan kesepian, menarik perhatian dan membalas perbuatan sang ibu.
Dan menurut polisi aksi bunuh dirinya sudah jauh-jauh hari dan sangat matang dipersiapkan, terbukti dari kesaksian tetangganya, yang sehari sebelumnya sempat menyapa Warner: " Hai Anthony, apakah Santa datang mengunjungimu?"
Tony pun menjawab: "Ya dia datang dan aku akan terkenal, aku akan paling terkenal se-Nashville."
Daaan....semua informasi tersebut ditemukan polisi Nashville dalam waktu 3 hari, sementara polisi sonoh hanya butuh beberapa jam (bada isya melempar bom molotov dan pagi ini dibawa ke psikiater, karena dianggap mental illnes) untuk menganalisa kejiwaan pelempar bom molotov di Masjid Carengkeng. Polisi sekaliber polisi di AS pun kalah cepat.
Para pakar kejiwaan sepakat, bahwa penderita kejiwaan lambat diajak berkomunikasi terutama komunikasi yang berisi pertanyaan, dan mereka cenderung paranoid. Dan ini disepakati se-WHO. Nah, pelaku yang ditangkap jamaah ini, sempat berdiskusi normal dengan pelaku.
Mengaku "saya yang berinisiatif sendiri melempar molotov jelang shalat isya (jamaah sedang banyak)." Dan melaju kencang saat jaket terbakar sampai bolong, lalu ditarik sampai jatuh lalu terus melajukan motor kembali dengan kencang..jelas-jelas ini dilakukan dengan sadar dan berani. Tanpa harus ke psikiater pun, terbukti si D ini normal secara kejiwaan, harusnya fokus mencari motif dan otak dibelakangnya, jika memang ada dalangnya. Seseorang yang tiba-tiba berteriak saat pelaku ditangkap jamaah: "jangan main hakim sendiri, saya lihat wajah kalian" ...dia ini siapa ya?
Polisi Nashville pada khususnya dan AS pada umumnya, sesekali harus studi banding ke aparat sini, biar kasus cepat beres tanpa repot investigasi dan profilin...pun sewa jasa ahli grafis untuk nilai damage dari efek pengeboman. Cukup kang cendol kang bakso diberi walkie talkie?...24 jam kasus kelar? Wallahualam, their methode..their secret...selalu berhasil bikin kita terkejut.
(By Nur Devi Rasita : 29 Desember 2020)
*Sumber : artikel by Amir Vera-Dakin Andone- and Ralph Ellis via CNN, laman esquire, Aerial Imagery by Eleanor Lutz & Derek Watkins, newyork times, mental illness-WHO ,Video persaksian Saefullah saat menangkap pelaku.