[CATATAN NANIEK S DEYANG]
Pagi ini saya mau bicara realita politik, ini bukan katanya atau dari pendapat para pakar atau saya menulis utk pembelaan. Gak ada cerita saya nulis karena "membela", buat saya siapapun yg salah hajar, dan yg benar ya harus dikasih tempat, meski kebenaran milik lawan.
Begini ya kalau kasus EP (Edhy Prabowo) ini diprediksi bakal menyurutkan popularitas Pak Prabowo atau meng-erosi (mengikis) Gerindra, kok rasanya enggak begitu amat ya, paling hanya sedikit menggoyang di masyarakat perkotaan, itu pun nanti juga mereka akan lupa pas Pileg dan Pilpres.
Gak percaya? Saya ini hari2 sama orang kecil di daerah, saya tanya dari 10 orang ngerti nggak ada menteri ketangkep KPK, hanya 1 yg ngerti itu juga gak paham dari partai mana.
Kok bisa rakyat kecil di daerah nggak ngerti hiruk pikuk di Jakarta? Yah buat rakyat kecil apapun yg terjadi dengan politik atau korupsi yg dilakukan mereka sudah sebodo teing alias bodo amat, wong mikir cari makan saja sudah susah, ngapain mereka ngurusin mereka yg selama ini memang jadi budaya di kalangan pejabat dan orang partai. "Bukannya dari dulu pejabat itu memang tuakang korupsi Bu," malah ada yg jawab apatis kayak gitu.
Masyarakat kita ini sudah kayak anak yatim-piatu dan gak peduli. Lihat saja dari survei mana pun menyebutkan bahwa PDIP kadernya paling banyak yg korupsi, tapi buktinya PDIP tetap menang dua kali Pileg dan Pilpres. Bahkan di daerah Pilkada juga mereka merajai.
Mengapa PDIP selalu menang, meski juara korupsi? Karena mesin partai mereka jalan. Kader2 mereka sampai di desa2 dan sangat militan, serta bisa mempengaruhi orang Desa bahwa partai mereka benar2 partai pro rakyat ..bla ..bla...istilahnya mereka punya sales2 yg handal dan bisa merangsek orang2 di kampung.
Nah setelah PDIP yg punya kader militan itu PKS, jangan salah PKS sudah merangsek lho di daerah-daerah, hanya karena PKS berbasis agama jadi memang tidak sebebas diterima seperti partai nasionalis. Misalnya orang NU gak bakal gampang ikut PKS karena di mata orang NU, PKS itu partainya orang2 yg dikit2 ngomong bid'ah (ini saya ngomong apa adanya lho survei di masyarakat langsung).
Nah Gerindra termasuk Pak Prabowo akan bisa seperti yg saya ramalkan di atas (tidak tererosi kasus EP), kalau segera berbenah menciptakan kader2 militan seperti PDIP dan PKS, dan tugas kader2 ini mengeleminir isu-isu termasuk seperti kasus EP.
Tapi kalau saya lihat Gerindra sekarang kader di bawahnya masih jauh dari militan, semu pada asyik ngomong di medsos. Ayo kalau Partai kalian tidak mau mengecil dan Pak Prabowo tetap punya peluang jadi Presiden, segera ciptakan kader2 militan yg keluar masuk kempung, seperi kader PDIP dan PKS.
Wis gitu aja, saya ngomong apa adanya ya ...diterima ya syukur, gak diterima yo nanti yg menang PDIP lagi dan nomer 2 PKS😁😁.
Note:
Kalau ada yg tererosi itu saat ini hanya batin Pak Prabowo sebetulnya, karena EP ini anak ideologis dan kesayangan, serta kepercayaan Pak Prabowo. Wis pokoknya segala-galanya dah, cinta mati ...
EP yg pecatan Akmil ini diangkat Pak Prabowo menjadi seprinya (asisten pribadi -red), sejak Pak Prabowo masih jadi suami Mbak Titik. Dan hampir tiap hari EP ini bersama Pak Prabowo.
Mungkin hanya pas jadi menteri ini saja EP nggak tiap hari bersama Pak Prabowo ....ah sudahlah lagi males nulis soal hubungan EP dengan Pak Prabowo.
(Naniek S Deyang)
Pagi ini saya mau bicara realita politik, ini bukan katanya atau dari pendapat para pakar atau saya menulis utk...
Dikirim oleh Naniek S Deyang pada Jumat, 27 November 2020