NUMPANG PRESTASI ANIES
By Iwan Balaoe
Jakarta dinobatkan sebagai kota terbaik dalam acara penganugerahan Sustainable Transport Award 2021. Penghargaan itu diberikan atas kemajuan yang terjadi di sebuah kota utamanya pada sistem transportasi publik dan mobilitas.
Mengutip keterangan Kompas, penghargaan ini diberikan pada kota yang mengalami perbaikan mobilitas dan inovasi sistem transportasi. Penilaiannya setiap tahun diadakan.
Anies menjadi Gubernur tahun 2017 menggantikan gubernur arogan Ahok. Selama memimpin DKI, pastinya udah banyak yang Anies lakukan dan itu sangat dirasakan warga Jakarta.
Anugerah Sustainable Transport Award (STA) dilakukan setiap tahun. Saya belum nemu kapan penghargaan ini dimulai untuk pertama kalinya. Namun dari catatan, kota New York pernah mendapatkan penghargaan sebagai kota terbaik dalam urusan transportasi dan inovasinya tahun 2009.
Berikut daftar lengkapnya dalam sepuluh tahun terakhir:
2020: Pune, India
2019: Fortaleza, Brazil
2018: Dar es Salaam, Tanzania
2017: Santiago, Chili
2016: Yichang, Tiongkok
2015: Belo Horizonte, Rio de Janeiro, dan Sao Paulo, Brazil
2014: Buenos Aires, Argentina
2013: Kota Meksiko, Meksiko
2012: San Francisco, AS
2012: Medellin, Kolombia
2011: Guanzhou, China
2010: Ahmedabad, India
Artinya, ajang ini udah berlangsung lama. Bukan diadakan 2-3 tahun kebelakang dimana Anies baru memegang jabatan Gubernur DKI.
Selama DKI dipimpin Jokowi dan Ahok, apakah pernah Jakarta masuk nominasi atau minimal tersebut namanya sebagai juara 10 besar, 5 besar, atau 3 besar? Ternyata gak pernah.
Anies memimpin tahun 2017, dan DKI menjadi runer up (juara 2) pada tahun 2019 dimana juara pertamanya adalah kota Pune, India. Artinya sejak ditangan Anies, Jakarta udah masuk nominasi. Tahun 2020, Jakarta naik peringkat urutan 1. Ada progres dan ada perbaikan dari tahun sebelumnya.
Jakarta dinobatkan sebagai juara pertama mengalahkan kota-kota besar dunia. Sebuah prestasi pribadi Anies disaat dirinya pimpin DKI.
Ya maaf kalau harus ngakak baca tweet Panjul ini. Kok bisa-bisanya numpang prestasi Anies untuk naikkan nama Jokowi dan Ahok.
Ini ibarat anak dan guru lesnya.
Seorang anak tidak mengalami perkembangan ditangan guru lesnya. Nilai di sekolahnya pun biasa-biasa aja. Ketidakmampuannya menyerap pelajaran sekolah, menyebabkan ia harus menerima jam tambahan belajar secara private. Agar bisa mengejar ketertinggalan dari murid lainnya.
Berganti satu guru ke guru lainnya, belum ada perubahan. Bahkan di guru yang sebelumnya sang anak menjadi ketakutan. Guru yang galak dan suka menyalahkan. Barulah pada guru yang terakhir ini sang anak menunjukkan prestasinya.
Dia mulai mengerti dan mampu menyelesaikan soal-soal yang diberikan. Pemahamannya pun bertambah karena sang guru lesnya menampilkan cara yang berbeda. Nilai akademiknya di sekolah langsung naik. Yang awalnya tidak masuk 20 besar, perlahan namun pasti udah merangkak naik, hinga menempatkan dirinya pada posisi tertinggi. Menjadi nomor 1 disekolahnya.
Emejing bukan..!!
Logikakah apabila prestasi itu diklaim sebagai sumbangsih guru les sebelum-sebelumnya? Jika inidikatornya mengenal angka dan huruf, maka peranan guru TK lah yang seharusnya disebut. Namun dalam proses pengembangan, peran guru les terakhirnya lah yang dominan.
Dia kenali karakter si anak, dia buat program belajar yang mengikutkan anak aktif untuk bertanya seperti dialog. Dia buat rumus-rumus menarik agar anak mudah memahami soal. Dia buat contoh soal pada sesuatu yang menjadi kegemarannya, untuk merangsang daya pikir anak. Hingga akhirnya sang anak merasa enjoy menyerap pelajaran tersebut. Kalau sudah enjoy, maka prestasi tinggal menghitung hari.
Itulah yang dilakukan Anies Baswedan dalam membangun DKI.
Saat mulai menjabat Anies langsung merangkul masyarakat Jakarta yang selama dipimpin ahok hidup terkotak-kotak. Mereka yang punya pengalaman kelam dengan Pemprov digandeng, diberikan solusi atas permasalahan yang tidak selesai. Yang kaya gak bisa semena-mena dengan uangnya, yang miskin gak harus terpinggirkan karena kesibukan ibukota.
Pertama yang dilakukan Anies membangun manusianya. Budaya yang dulu terkontaminasi dengan cara ahok memimpin dirubah total dan sudah ada perbaikan. Selesai disini, baru Anies memulai bangun kotanya.
Banyak inovasi Anies dalam memanjakan warga Jakarta, khususnya di bidang transportasi. Trotoar diperlebar memberikan kenyamanan bagi pejalan kaki. Jembatan penyebarangan diperbaiki dan dipercantik agar tidak ada lagi warga yang takut melintasi. Armada Transjakarta ditambah, angkot dimodernisasi terintegrasi dengan aplikasi. Jalur sepeda dibuat di berbagi sisi, dan hasilnya apa?
Jumlah warga yang menggunakan angkutan masal terus bertambah hingga tembus 1 juta per hari (sebelum pandemi). Sedikit banyaknya apa yang Anies lakukan ikut andil mengurangi kemacetan.
Jokowi dan Ahok memimpin DKI apa yang mereka hasilkan di bidang transportasi? Pastinya ada, namun tidak membawa hasil yang membanggakan dan diakui dunia. Malah yang menjadi pemberitaan justru keberadaan ratusan bus rongsok yang menunggu tuannya.
Dalam kacamata saya malah mereka menumpuk armada bus disebuah lahan kosong, bukan menyebarkannya di jalanan ibukota. Lahan kosong yang menjadi museum ratusan bus, teronggok meminta pertanggung jawaban.
"Om ini bus lo..!"
Benar kepemimpinan itu ibarat estafet. Pemimpin sebelumnya pasti berperan dan programnya akan dilanjutkan oleh pemimpin setelahnya karena sebuah kepemimpinan mempunyai durasi.
Tapi kenapa nama Jokowi-Ahok saja yang diklaim Panjul? Kenapa gak sebutin juga sejak era Foke? Jika mau nyeleneh lagi, tanpa peranan Ali Sadikin, Jakarta gak mungkin punya jalan-jalan hebat saat ini. Karena di era Ali Sadikin pembangunan jalan menggunakan pajak judi. Menurut Ali Sadikin, anggaran minim membuatnya harus ekstrem melegalkan judi dan pungut pajaknya untuk pembangunan ibukota.
Atau mau sebut peranan si Pitung saat melawan kompeni?
Jokowi-ahok pimpin ibukota, gak sekalipun penghargaan STA mereka dapatkan. Sebuah prestasi itu membutuhkan pengakuan. Diakui dunia dan diamini oleh warga yang merasakan. Gak bisa bila hanya satu pihak saja. Dunia mengakui, tapi warga malah mencibir karena faktanya gak mereka rasakan.
Untuk penghargaan STA tahun ini, saya yakin warga setuju 100%, bahwa penghargaan itu sangat tepat. Karena mereka merasakan, sejak ditangan Anies Ibukota memang sudah berubah dan memanjakan pengguna fasilitas umum dan transportasi masalnya.
Segitunya ingin menumpang prestasi, membuat Panjul merendahkan Jokowi dan ahok dalam tweet nya. Kenapa gak bawa bidang dan jabatan mereka saat ini untuk menaikkan nama?
Apa prestasi Ahok di Pertamina?
Apa prestasi Jokowi selama 1 tahun pimpin Indonesia?
Bahaslah prestasi di jabatan masing-masing tokoh, dan pujilah saat itu diakui dunia dan masyarakatnya. Jangan hanya menumpang nama dalam prestasi orang lain.
Buat Anies Baswedan dan warga Jakarta, selamat menikmati pengakuan dunia untuk DKI..👍
Keren..!
[fb]
Setelah tahun lalu menduduki peringkat kedua atau mendapat gelar “Honorable Mention” di ajang yang sama, tahun ini...
Dikirim oleh Anies Baswedan pada Jumat, 30 Oktober 2020