AKAR MASALAH PERANG ARMENIA-AZERBAIJAN
Pertempuran sengit kembali pecah di wilayah sengketa Nagorno-Karabakh, Minggu (27/9/2020), antara militer Armenia yang mendukung kelompok separatis Nagorno-Karabagh dengan militer Azerbaijan.
Armenia menuduh Azerbaijan lakukan serangan udara dan Artileri ke Nagorno-Karabakh dan Armenia membalasnya yang berhasil menjatuhkan 2 helikopter, 3 UAV dan 3 tank Azerbaijan.
Hal yang sama juga diakui Azerbaijan, bahwa mereka hanya melakukan counter-offensive. Azerbaijan claim 1 helikopternya jatuh, namun berhasil menghancurkan 12 sistem Arhanud Armenia, dan menyangkal adanya tank Azerbaijan yang hancur.
Nagorno-Karabakh, secara hukum internasional adalah wilayah Azerbaijan, namun dihuni oleh mayoritas etnis Armenia. Konflik separatisme itu sudah terjadi sejak Uni Soviet masih ada, dimana kedua negara itu adalah bagian dari negara komunis.
Penduduk etnis Armenia setempat memproklamasikan kemerdekaan Republik Nagorno-Karabakh dari Azerbaijan pada 10 Desember 1991, tetapi kedaulatan republik tersebut tidak diakui oleh dunia internasional dan wilayah tersebut secara de jure dianggap sebagai bagian dari Azerbaijan. Penduduk Armenia sering kali menyebut wilayah ini dengan nama Artsakh.
Nagorno-Karabakh adalah wilayah pegunungan indah di Azerbaijan yang dihuni oleh mayoritas Kristen Armenia dan Muslim Turki. Wilayah seluas 4.400 km2 tersebut memiliki sejarah lama dengan peradaban yang cukup tua. Bahkan ada sebuah rumah ibadah bernama Amaras Monastery dibangun oleh St. Gregory the Illuminators pada abad ke 4 masehi.
Etnis, bahasa, agama, selalu menjadi isu sensitif untuk menyulut perang. Mayoritas Kristen Armenia tidak ingin hidup bersama dengan mayoritas muslim Azerbaijan, sedangkan tidak jauh dari mereka terdapat negara berdaulat yang dihuni dan dipimpin oleh mayoritas Kristen dan bernama Armenia.
Sejak 3 dekade terakhir, konflik di Nagorno-Karabakh berlangsung dengan perang on off (kadang perang, kadang damai) alias periodic bouts of fighting, dan selama itu Turki selalu mendukung Azerbaijan.
Wajar Turki secara tegas mendukung Azerbaijan secara politik dan militer, karena konflik ini terjadi Tovus, dekat rute energi penting bagi Turki, selain pipa gas Georgia-Azerbaijan-Turki, disana juga jalur kereta Baku-Tbilisi-Kars.
Sejak Turki masih Kesultanan sampai Turki sekuler, hubungannya dengan Armenia tidak pernah akur, kamu berani mengakui Armenian Massacre oleh Ottoman tahun 1915, artinya siap dianggap musuh oleh Turki hari ini. Begitu juga sebaliknya, jangan pernah memuji Ottoman ataupun Turki di depan orang Armenia.
Sementara Rusia, merupakan sekutu tradisional Armenia, tadi malam Presiden Vladimir Putin meminta semua pihak bertikai untuk melakukan gencatan senjata.
Perancis, salah satu negara yang menampung komunitas Armenia yang cukup besar, mengambil langkah seperti Rusia.
Sementara Iran, yang berbatasan langsung dengan Armenia dan Azerbaijan berupaya memainkan peran netral, dan menawarkan jasa sebagai broker perjanjian damai.
Kalau lanjut, kalkulasi kasar, secara militer Armenia rangking 111 dunia, dengan anggaran militer sebesar 1,3 miliar dollar dan Azerbaijan rangking 64 dunia, dengan anggaran militer 2,8 miliar dollar. Namun kalkulasi demikian tidak selamanya akurat, tanpa melihat pendukung masing-masing negara.
(Saief Alemdar)