5 Jam Bersama Anis Matta
Tak ada yang salah, jika orang masih mengaitkan sosok Pak Anis dengan mantan partainya. Dalam obrolan kami kemarin pagi hingga siang itupun muncul hal itu, tak terelakkan. Namanya masa lalu kadang masih terbawa-bawa. Bukan dalam konteks kenangan manis nostalgia, atau mengenang pahlawan kemerdekaan RI, karena PKS kan memang bukan pahlawan. Tapi, konteksnya terkait dengan cerita curhatan para tetamu Pak Anis tentang kondisi terkini kebangsaan Indonesia.
Para tetamu dari berbagai kalangan itu, sebagiannya penasaran dengan platform Partai Gelora yang didirikan Pak Anis dkk, apakah hanya sebuah topeng baru, atau bagaimana. Pak Anis meyakinkan mereka, Gelora sama sekali bukan partai masa lalunya itu dan berbeda dengan itu. Partai Gelora mempunyai misi memulihkan keterbelahan potensi beragam anak bangsa dengan 2 hal ini: menyatukan narasi membawa Indonesia menjadi kekuatan 5 besar dunia, dan menggalang kekuatan secara kolaboratif.
Itu sih terdengar normatif. Saya sudah paham pula jika kolaborasi kontra makna dengan dominasi dan kangkangisasi yang ada di partai masa lalunya Pak Anis itu. Yang lebih penting, bagaimana hal itu dipraktekkan di Gelora? Tak akan hanya dipakai sebagai akal bulus saja kah? Wah, Pak Anis menjawabnya dengan mimik super serius. Baru kemarin itu saya dapati wajahnya bisa membentuk mimik seperti itu. Angel wes, angel (sulit) digambarkan. Kalau penjelasan verbalnya, saya simpulkan begini: seperti sebuah rumah, masing-masing potensi kelompok potensial mendapat kamar dengan kebebasan mengaktualisasikan sumbangsihnya untuk membangun negeri, dalam koridor azas Pancasila dan konstitusi NKRI.
Nah, di situ saya anggap poin pentingnya. Saya bilang ke Pak Anis, jangan ada lagi doktrin kelebihbaikan kita dibanding orang lain dalam berbakti kepada bangsa. Lebih-lebih itu dikaitkan dengan kedudukan kehambaan di hadapan Alloh Subahanahu wa Ta'ala, seperti kader inti partai lebih bertaqwa dibanding kader pendukung, dan sebagainya. Pokoknya, jika masih ada elemen struktural partai Gelora yang bertugas kayak gitu nantinya, saya akan hajar Partai Gelora. Eh, kalimat terakhir ini kemarin belum sempat saya ucapkan kok...
Saya merasa sudah banyak umur. Jangan terperosok lagi untuk kedua kalinya. Sebuah partai politik nggak usahlah meniru peran malaikat Raqib dan Atid dalam mencatat amal perbuatan manusia. Naudzubillah, apalagi sampai menjadi tukang vonis siapa lebih baik siapa lebih bertaqwa, kayak Gusti Alloh saja. (Bersambung)
*Baca seri lanjutan: 5 Jam Bersama Anis Matta (Part 2)
5 Jam Bersama Anis Matta . Tak ada yang salah, jika orang masih mengaitkan sosok Pak Anis dengan mantan partainya....
Dikirim oleh Achmad Fathony pada Jumat, 28 Agustus 2020