"Setan enggak sekeren yang saya bayangkan dulu," tutur Will Carroll dari band thrash metal kesohor Death Angel.
Awal Februari lalu, band thrash metal Death Angel, Exodus, dan Testament menggelar tur konser The Bay Strikes Back selama lima minggu di Copenhagen. Semua berjalan lancar sampai akhirnya konser mereka di Milan dibatalkan. Semua acara di Italia dibatalkan setelah Lombardia melaporkan 40 kasus positif corona. Harapannya bisa memperlambat penyebaran virus.
Setelah 10 kali konser di lima negara, pertunjukan mereka di Hannover, Jerman juga dibatalkan. Sejumlah kru dan anggota band mulai merasa pegal-pegal dan kelelahan ketika ingin kembali ke negara asal. Mereka yakin sakit badannya bukan karena kecapekan manggung belaka.
"Beberapa anggota sakit ketika tur akan berakhir. Saya sepertinya ketularan mereka, karena mulai enggak enak badan pada tiga atau empat malam terakhir konser. Sakit semua rasanya," kata drummer Death Angel Will Carroll kepada Decibel. "Saya yakin kena virus corona. Saya enggak pernah flu, demam dan meriang hebat seperti ini sebelumnya."
Tunangannya, Leeshawn Navarro, bercerita kalau Carroll langsung tidur sesampainya di apartemen. Lima hari dia enggak bangkit dari kasur. Ketika akhirnya bangun, suhu badan Carroll mencapai 39,2°C. Dia juga kesulitan bernapas. Carroll enggak ingat sama sekali ketika dibawa ke Rumah Sakit California Pacific.
Lelaki 47 tahun itu dirawat 12 hari di ruang ICU. Dia dibuat koma dan dipasangkan ventilator untuk membantu pernapasannya. Selama tak sadarkan diri, Carroll bermimpi mengunjungi tempat-tempat mengerikan. Sebelum sakit, dia menyukai musik satanik dan mendaku diri pemuja setan.
"Saya mengalami out of body experience," ujarnya. "Saya seakan-akan masuk neraka, ketemu Setan perempuan, dan dikutuk menjadi kungkang. Saya berubah jadi makhluk gemuk mirip Jabba the Hut. Saya terus muntah darah sampai terkena serangan jantung. Ini benar-benar aneh. Saya memang mengalami gagal jantung saat koma.
"Saya ingat meninggalkan neraka dan roh melayang di atas tubuh. Saya akhirnya masuk surga, tapi menakutkan banget. Sudah kayak pesta seks Romawi di sana. Malaikatnya pun lebih seram daripada iblis. Saya lalu kembali ke Bumi dan nongkrong di diskotek bersama teman-teman. Saya enggak tahu kenapa bisa ada di situ. Itu satu-satunya yang saya ingat. Saya dicuekin perawat ketika bertanya ‘masih di neraka, ya?’ setelah bangun dari koma."
Carroll diberi tahu seberapa serius kondisinya waktu itu. Tenaga medis bahkan tak yakin dia bisa bertahan hidup. Ahli paru Dr. George Horng memberi tahu Datebook San Francisco Chronicle, Carroll adalah pasien COVID-19 dengan kondisi "terparah" di rumah sakit.
"Kami hampir mencapai batas perawatan, dan sangat mengkhawatirkan kondisinya," terang Horng. "Keadaannya enggak memburuk. Takkan ada yang bisa kami lakukan jika kesehatannya semakin menurun."
Carroll pulang dari rumah sakit awal April. Dia menjalani terapi fisik selama berminggu-minggu untuk mengembalikan fungsi atrofi otot yang melemah. Sejak itu, drummer band metal ini menerapkan gaya hidup sehat. Dia berhenti minum-minum dan ngeganja (tapi terkadang masih mengonsumsi edible). Kepercayaannya juga berubah. Dia mengatakan kepada Datebook, kesehatannya bisa pulih sebagian karena bantuan doa keluarga dan teman-teman.
"Saya tetap dengerin musik metal satanik. Saya masih suka Deicide dan band-band semacam itu," katanya. "Tapi dari pengalaman pribadi, saya rasa Setan enggak sekeren bayanganku dulu."
Sumber: Vice