[PORTAL-ISLAM.ID] SURABAYA dan JAWA TIMUR kini jadi sorotan atas tingginya kasus corona.
Kondisi ini dikabarkan salah satunya akibat gak akurnya antara Gubernur Jatim Khofifah dengan Walikota Surabaya Tri Risma.
Hal ini diungkap oleh Peter F Gontha (pengusaha yang kini jadi Komisaris Independen Garuda Indonesia) di akun fbnya.
"Dari seorang pejabat tinggi Negara saya mendengar langsung bahwa Gubernur Jawa Timur Khofifa dan Wali Kota Surabaya Risma keduanya tidak Cocok satu sama Lain. Dua perempuan yang saling tidak mau mengalah. Yang Korban: MASYARAKAT dan gambar ini berbicara. Korban terbesar di kota Surabaya!! Semoga keduanya bisa mencari jalan tengah.
Status ini saya buat agar keduanya berhenti bertikai dan berdamai untuk kita semua," tulis Peter F Gontha di akun fbnya, Jumat (29/5/2020).
Dalam postingannya disertakan tangkapan layar sebuah berita berjudul "135 Tenaga Medis di Jawa Timur Positif Corona".
Tak hanya itu, bebera hari ini media juga menyoroti kondisi Surabaya yang bisa jadi Wuhan.
Waswas Tingginya Kasus Corona di Surabaya: Recovery Rate Rendah, Bisa Jadi Wuhan
Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Jawa Timur mengungkapkan 65% kasus positif virus corona di Jatim berada di Surabaya Raya. Atau bisa dibilang, kini Surabaya menjadi episentrum kasus virus corona di Jatim.
Hingga Kamis (28/5), kasus positif virus corona di Surabaya berjumlah 2.118 pasien. Sedangkan Jawa Timur memiliki 4.142 kasus positif, dengan rincian 522 pasien sembuh, dan 320 orang meninggal.
Ketua Gugus Kuratif Penanganan COVID-19 Jatim dr Joni Wahyuhadi bahkan menyebut Surabaya Raya bisa mejadi Wuhan jika persebaran corona terus melonjak setiap harinya.
"Ini tidak main-main, kalau kita tidak hati-hati maka Surabaya bisa jadi Wuhan kalau warganya tidak disiplin," kata Joni di Gedung Negara Grahadi, Surabaya, Kamis (28/5).
Bahkan, kini RSUD dr Soetomo Surabaya yang menjadi salah satu RS rujukan mengalami kelebihan kapasitas pasien COVID-19. dr Joni yang juga Direktur Utama RSUD dr Soetomo mengatakan, bangsal perawatan pun tidak cukup lagi menampung pasien corona.
Joni menjelaskan, bangsal atau tempat tidur yang tersedia di RSUD dr. Soetomo khusus pasien COVID-19 ada 155 unit. Namun, pasien COVID-19 yang dirawat saat ini lebih dari 170 orang.
"RSUD dr. Soetomo tempat tidurnya [keseluruhan] 1.445. Tetapi tidak semua tempat tidur itu boleh untuk merawat pasien COVID-19. Karena harus ada syaratnya. Salah satunya negative pressure, harus ada APD yang cukup yang sesuai standar, tenaganya harus dilatih," jelas Joni.
Lebih lanjut, Joni menjelaskan, kini Tim Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Jatim tengah fokus menurunkan rate of transmission (tingkat penularan) COVID-19. Apalagi, di Surabaya tingkat penularan hingga kini masih di angka 1,6. Artinya, bila ada 10 orang positif COVID-19, dalam sepekan akan bertambah menjadi 16 orang.
Jika warga Surabaya tak disiplin menerapkan protokol kesehatan, bukan tidak mungkin Surabaya bisa menjadi Wuhan.
Gubenur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa juga menyebut Kota Surabaya menjadi kota terakhir dalam urutan recovery rate (tingkat kesembuhan pasien) kota-kota besar di Indonesia. Artinya, recovery rate di Surabaya paling rendah dibandingkan kota-kota besar lainnya.
Berdasarkan data Pemprov Jatim, Kota Semarang memperoleh recovery rate tertinggi, yakni 64,1 persen. Sedangkan, recovery rate kasus COVID-19 di Surabaya hanya 8,8 persen.
“Tertinggi di Kota Semarang dan Kota Surabaya terendah ini yang harus dijadikan catatan bersama bahwa berbagai ikhtiar kita lakukan. Tenaga kesehatan sudah bekerja luar biasa, Tim Gugus Tugas juga bekerja luar biasa,” jelas Khofifah.
Khofifah terus menekankan disiplin menjadi kunci penyetopan persebaran virus corona di Jatim.
Oleh karena itu, dia berharap masyarakat bisa berkomitmen dengan menerapkan kedisiplinan menjalankan protokol pencegahan COVID-19.
“Peta ini buka peta yang menggembirakan mari berikhtiar bersama. Sinergitas antara kita mari kita lakukan,” tutup Khofifah.
https://kumparan.com/kumparannews/waswas-tingginya-kasus-corona-di-surabaya-recovery-rate-rendah-bisa-jadi-wuhan-1tVNMxaKoWD/full