[PORTAL-ISLAM.ID] Pakar Hukum Tata Negara, Refly Harun menilai bahwa penyikapan setiap kritik sangat bergantung pada pihak yang menerimanya. Bisa diterima dengan baik atau bahkan dianggap sebagai sebuah penghinaan.
“Kritik itu tergantung yang nerimanya. Kalau baperan, langsung dicap sebagai penghinaan bahkan serangan,” tegasnya dalam akun Twitter pribadi, Minggu (31/5/2020).
Menurutnya, jika kritik dilayangkan pada seseorang yang memiliki keluasan jiwa, maka pernyataan sepahit apapun akan dianggap sebagai masukan atau bahan instripeksi.
“Nah pemimpin-pemimpin kita yang seperti apa ya?” tanyanya.
Pemimpin yang tidak alergi dan tidak baperan kalau dikritik ya Anies Baswedan.
Bahkan dihina dan difitnah sedemikian rupa dengan meme Joker dan meme-meme lain dengan julukan Wan Abud, tak pernah Anies memperkarakan atau melaporkan ke aparat dengan UU ITE.
Anies pernah mengatakan: "Apa sih Fitnah yang saya dapat dibanding Fitnah yang dialami Rasulullah?".
Nah, carilah pemimpin seperti Anies. Bahkan haters pun akan 'senang' karena bebas menghujat bahkan menghinanya tanpa takut diciduk dengan UU ITE.
Karena Anies bukan pemimpin baperan.
Kritik itu tergantung yg nerimanya. Kalau baperan, langsung dicap sbg penghinaan bahkan serangan. Kalau luas jiwanya, akan memandang sbg masukan atau bahan introspeksi. Pemimpin2 kita yg seperti apa ya...
— Refly Harun (@ReflyHZ) May 31, 2020
Pemimpin yang tidak alergi dan tidak baperan kalau dikritik ya @aniesbaswedan
— Mas Piyu ORI (@mas__piyuuu) May 31, 2020
Semoga Allah ridhoi untuk jadi #PresidenRI2024.
"Apa sih Fitnah yang saya dapat dibanding Fitnah yang dialami Rasullullah" pic.twitter.com/ig8daHJIt6