[PORTAL-ISLAM.ID] Semua negara terdampak akibat merebaknya virus Corona, namun mereka memilih menahan diri untuk antisipasi perlindungan bagi warganya.
Saudi dengan memberlakukan larangan umroh sementara, berpotensi menghilangkan pendapatan mereka sebesar 4 Triliun dalam 1 bulan ibadah umroh. Karena negara yang dilarang adalah negara yang menyumbang kunjungan umroh tertinggi ke Saudi.
Bukan itu saja, Saudi juga bakalan mengalami kerugian besar akibat turunnya permintaan minyak dunia.
Puluhan kota di berbagai negara dikarantina, negara membatasi akses transportasi publiknya sehingga berdampak pada terjadinya penurunan angkutan orang maupun barang lintas negara sehingga permintaan untuk bahan bakar salah satunya minyak menjadi turun.
Pendapatan terbesar Saudi adalah migas, mengetahui dampak Corona menurunkan perekonomian mereka, gak membuat Saudi melakukan promosi atas wisata religi ke daerahnya (Umroh). Sebaliknya, justru Saudi melarang wisata religi dalam kurun waktu tertentu. Mereka siap menerima konsekuensi atas hilangnya pendapatan devisa negara demi KESELAMATAN negaranya.
Coba berkaca dengan apa yang dilakukan negara kita.
Cermin TERBALIK dengan apa yang dilakukan Saudi. Memang tidak sebanding jika indikator kita adalah negara kaya dan negara sok kaya seperti negara kita, namun yang jadi perhatian utama adalah bagaimana sebuah negara mengambil langkah bijak melindungi aset utama negaranya.
Apa aset utama negara? Adalah RAKYAT mereka sendiri.
Tanpa rakyat, sebuah negara tidak akan diakui. Melindungi rakyat dari bahaya Corona adalah salah satu bentuk tanggung jawab negara dalam menjaga asetnya.
Sedikit heran dengan cara pemerintah yang membuat berbagai promo pada industri pariwisata ini, selain memberikan keringanan dan berbagai subsidi atas promosinya, pemerintah juga berani memberikan bebas pajak bagi pelaku usaha pariwisata untuk meringankan beban pengusaha pariwisata saat ini.
Ibarat sebuah rumah, mereka membuka pintu lebar-lebar untuk mempersilahkan tamu datang. Didalam rumah, sudah disiapkan berbagai hidangan yang sangat mewah. Pemilik rumah merapikan rumahnya dan berdiri dipintu dengan senyuman ramah.... Namun, tidak ada yang datang.
Percuma kita membuat promo pariwisata, namun tamu yang diharapkan justru mematuhi himbauan pemerintahnya sendiri.
Dampak meluasnya wabah seperti ini biasanya juga diikuti dengan himbauan berupa larangan bepergian oleh pemerintah negara masing-masing. Orang-orang lebih banyak tinggal di rumah, menahan diri untuk bepergian. Jangankan untuk melakukan wisata lintas negara, untuk membeli keperluan sendiri saja, mereka enggan berlama-lama diluar.
Seorang teman menuliskan komentarnya di sosial media.
"Rencana mau ke Bali bersama rombongan keluarga. Karena isu Corona ini sudah mendunia, kami akhirnya menahan diri untuk bepergian. Lebih baik dirumah saja, mengurangi kontak dengan orang luar yang belum kita kenal."
Pernyataan itu, juga dimiliki oleh semua orang yang mempunyai rencana untuk melakukan kunjungan ke daerah wisata.
Gak heran jika membaca pengakuan teman yang beberapa hari ke Bali, banyak hunian hotel sepi kareka dampak Corona ini memang luar biasa.
Baiknya pemerintah menahan diri dulu untuk hal ini. Contoh negara lain yang juga lakukan hal yang sama.
Jika negara ini masih aman dalam penyebaran corona, maka tempat yang paling kuat menjadi lokasi penyebarannya adalah bandara atau pintu masuk lainnya dan tempat wisata. Karena 2 tempat itu menjadi berkumpulnya orang-orang lintas negara. Kita gak tau apa yang mereka bawa dalam dirinya. bisa jadi ada Corona yang kita takuti bersama.
Contohlah Saudi yang berani menahan selera atas penerimaan negaranya. Ratusan Triliun potensi penerimaan mereka dalam wisata religi (Termasuk Ibadah Haji), namun mereka berani ambil keputusan untuk melindungi negaranya sendiri. Walaupun keputusan itu akan menggoyang perekonomian mereka.
Ingin berseloroh rasanya..
"Bahkan apabila hunian hotel dan restoran itu diberitakan gratis (Free) bagi tamu yang mengunjunginya, tetap saja tidak ada tamu yang akan datang kesana".
Tahan diri sejenak, semua ibarat roda pedati. Masih banyak potensi negara yang bisa digali selain pariwisata kita. Coba putar haluan, berikan sentuhan pada bidang yang kurang mendapatkan perhatian. Misalnya, mengelola usaha UMKM rakyat.
Berikan subsidi pada usaha UMKM agar ikut berkembang. Budayakan membeli produk sendiri dengan memberikan free ongkir atas transaksinya. Buat kerjasama dengan usaha jasa pengiriman. Geliatkan usaha rakyat untuk menbangkitkan perekonomian sendiri.
Yang menolong kita, adalah kita sendiri. Jika sumber pendapatan dari luar menurun, manfaatkan sumber perdagangan anak bangsa. Disitu potensinya luar biasa bagi negara.
Jangan memberi subsidi pada pengusaha, cobalah ubah cara pandang. Rakyatlah yang paling berjasa dalam menyumbang pendapatan negara. Karena rakyat adalah aset sebenarnya.
Berani gak Pak Jokowi dan jeng Sri?
(By Setiawan Budi)