Sampai tengah malam telpon masih berdering. Dari mana-mana.
Mengabarkan segala ikhwal tentang COVID 19.
Kolega cari kamar rumah sakit, ditolak sana sini. Ke hotel, ke apartemen tolak semua.
Bahkan ada yang ditolak masuk kompleks rumahnya sendiri.
Sejawat Dokter tumbang satu demi satu. Wafat, koma, sakit berat, tak terberitakan.
Direktur Direktur Rumah Sakit berteriak semua cari APD. Saya telpon sana sini juga mencarikan APD. Kontak Importir, produsen, tukang jahit.
Bupati, walikota, DPRD bertanya juga apakah sebaiknya mereka lockdown kotanya. Apa yang harus disiapkan. Apa perlu siapkan Rumah Sakit Darurat atau Isolasi atau apa saja.
Setiap hari kabar meninggal, meninggal, meninggal. Memburuknya kondisi pasien semakin cepat dari hari ke hari.
Bahkan penguburan jenazah harus diturunkan dengan tambang. Belum ada SOP jelas bagaimana tatacara penguburan mayat PDP.
Apalagi peluk cium perpisahan dari orang-orang tercinta.
Telpon saya terima dari Ujung atas Sumatera hingga Papua. Penuh berita sedih.
Belum PDP, ODP yang diam-diam bawa keluarganya mengungsi ke desa. Apa yang harus kami lakukan, Dok? Kami sembunyi saja atau bagaimana? Kalau kami sakit, kami hubungi siapa? Bagaimana kalau ketahuan, lalu kami diusir?
Jadi begini ya.
Kalau ada orang, siapapun juga dia, ngaku Ahli Virus kek, Menteri kek, Pejabat apa segala macam yang berani
dr. Tifauzia Tyassuma
(Dokter, Peneliti, Penulis)
*dari fb dr. Tifa, Sabtu pukul 23.44 (28/3/2020)