[PORTAL-ISLAM.ID] Di salah satu kolom koran Pikiran Rakyat ada berita aneh. Bussa Krishna (33) warga Distrik Jangoon Telangana India membuat patung Presiden AS Donald Trump setinggi 2 meter yang dianggapnya sebagai dewa. Ia sangat mengagumi dan mengidolakan Trump. Kemudian ia memberi sesajian dan menyembahnya. Ia berharap dapat bertemu dengan Dewa Trump sembahannya itu.
Selintas kita beranggapan hanya orang gila yang melakukan hal demikian, akan tetapi dengan pemahaman keagamaan di India hal seperti ini mungkin saja serius. Ketika sembahan dewa memang banyak dan dibuat oleh tangan manusia sendiri maka model dewa Trump bisa saja muncul. Khayalan dapat membentuk tuhan.
Kita jadi teringat masa jahiliyah di Mekkah dahulu sebelum Islam. Banyak kisah pembuatan dan penyembahan patung sebagai berhala. Terbuat dari batu, kayu, bahkan terigu. Ketika si hamba lapar, tuhan dari terigunya itu dimakan pula. Hamba yang menjadi kriminal.
Ada berhala lelaki dan perempuan dekat Ka’bah. Dituduh berzina malam hari. Maka keduanya “dihukum” dipisahkan jauh.
“Isaf” nama berhala lelaki disimpan di bukit Shafa, sedangkan pasangannya “Nailah” ditempatkan di bukit Marwah. Begitulah cara berfikir masyarakat jahiliyah. Dewa pun bisa dihukum oleh sang hamba.
Kini berhala buatan manusia diperjuangkan mati matian oleh penganutnya dan “disembah” dengan kesiapan untuk mengabdi sepenuhnya. Itulah isme isme sesat dan produk khayalan seperti komunisme, liberalisme, sekularisme atau isme lainya termasuk mumpungisme dan koncoisme.
Orang atau figur yang selalu dibenarkan, meski banyak salah, atas dasar rasa cinta berlebihan juga termasuk pemberhalaan. Menteri atau Presiden yang dibela mati matian tanpa landasan rasionalitas juga termasuk berhala atau dewa “jadi jadian” yang diciptakan oleh fikiran dan kepentingan.
Trump di India adalah contoh menarik.
Jika ada orang bernama Abu Gosok atau Abu Kadal misalnya mati matian membela dan rela diperbudak oleh pemimpin yang bernama Joko Semprul, maka Joko Semprul adalah berhala sembahan Abu Gosok dan Abu Kadal tersebut.
Perilaku seperti inilah yang namanya dungu, idiot, atau jahil.
Semoga bangsa Indonesia yang mayoritas beragama Islam ini terhindar dari komunitas masyarakat yang berperilaku budak, idiot, dan jahil tersebut.
Terbentuk masyarakat yang berkarakter rasional, cerdas dan beriman.
Kita runtuhkan keberhalaan dan pendewaan atas dunia khayal sebagaimana Ibrahim dahulu yang menghancurkan berhala berhala Istana Namrud..!
Penulis: M. Rizal Fadillah