Mari kita lanjutkan dgn catatan isu-isu nasional pada dasawarsa ini..
Dgn segala keprihatinan kita harus mengakui masih adanya ancaman keutuhan NKRI.. munculnya kembali isu separatisme Papua.. gejala disharmoni antara TNI-Polri, terutama saat demo pasca-Pemilu akhir September lalu..
Situasi itu beriringan dgn ancaman thd demokrasi.. Pendidikan yg smakin tinggi bertemu dgn kesadaran politik & sosial, derasnya informasi melalui media sosial yg terintegrasi dgn lingkungan global, milenial sbg digital native, membuat publik cepat bereaksi thd semua kontradiksi..
Publik juga lebih siap memobilisasi diri utk aksi2 besar, di tengah suasana pembelahan ideologis yg membuat “hawa politik” terasa panas.. Ini melahirkan problema baru dlm pengendalian sosial.. apalagi jika kita lihat korban dlm aksi2 massa yg jatuh dlm jumlah besar..
Mengenai mobilisasi rakyat, kita melihat fenomena “emak-emak melek politik”.. Ini adl partisipasi politik perempuan yg umumnya ibu rumah tangga, bukan aktivis atau akademisi.. jadi lebih natural, lbh emosional dan lbh militan..
Ini menandakan bhw masyarakat kita saat ini ada dlm tingkat kesiapan yg tinggi utk mobilisasi sosial politik dlm berbagai isu dan agenda..
Dlm situasi spt itu Pemilu 2019 berjalan dgn sistem yg cukup rumit dan durasi pelaksanaan yg lama.. Jatuhnya korban jiwa harus menjd perhatian pemerintah, partai politik dan kelompok masyarakat.. Apa pun sebabnya, fakta itu menjadi catatan hitam dunia-akhirat..
Kita juga masih menyaksikan ketegangan Islam dan Negara.. Baik sbg akibat pembelahan ideologi maupun dinamika politik.. Perkembangan ini tdk menguntungkan keutuhan NKRI..
Krn itu, pada dasawarsa ke depan, semua pihak harus bekerja keras mencairkan ketegangan politik-ideologi dan menguatkan rekonsiliasi..
Dlm kerangka ini kita bisa melihat keputusan Pak Prabowo bergabung ke pemerintahan Pak Jokowi sbg pesan dan gestur rekonsiliasi dan usaha membangun pemerintahan yg efektif..
Walaupun seharusnya pesan rekonsiliasi tsb bisa disampaikan lebih awal utk mencegah jatuhnya korban saat pengumuman hasil pilpres..
Di tengah semua kontroversi mengenai rekonsiliasi elite, kita patut mengapresiasi langkah berani Pak Jokowi membentuk kabinet rekonsiliasi..
Konsolidasi elite adlh PR besar sejak Reformasi bergulir.. Konsolidasi artinya kesepakatan pd agenda2 besar kepentingan nasional..
Serta kesepakatan etis ttg cara menjalankan pemerintahan negara walaupun berbeda kelompok dan kepentingan..
Semua tokoh politik dan kemasyarakatan, serta kelompok2 harus ikut mencairkan keterbelahan politik yg telah mengakibatkan ongkos sosial yg tidak sedikit..
Selama dasawarsa ini kita menghadapi krisis lingkungan di dalam negeri serta imbas krisis lingkungan global ke Indonesia harus diselesaikan dgn terobosan2 luar biasa..
Begitu juga dlm kemaritiman, Pemerintah harus siap dgn berbagai skenario diplomasi dan measures lain jika kondisi di Natuna dan Laut China Selatan mengalami eskalasi..
Kita menutup dasawarsa ini dgn potret kelabu mengenai kinerja ekonomi.. terutama tidak tercapainya target pertumbuhan dan penerimaan pajak.. Kita juga perlu melihat lebih jeli kinerja di bidang penciptaan lapangan kerja..
Kita akan memasuki era di mana perang dagang akan bertransformasi menjd perang supremasi AS-China, ekonomi dunia yg melambat, serta ancaman resesi global..
Di tengah kepungan awan mendung itu, kita berharap pemerintah lebih terbuka mengenai kinerja ekonomi dan tidak menutup2i fakta yg sebenarnya..
Seperti ledakan kasus Jiwasraya yg selama ini dianggap baik dan bergelimang award, ternyata menyimpan masalah kronis yg merugikan nasabah dan berpotensi menggerogoti keuangan negara dlm pemulihannya..
Kita mengenal siklus 20 tahunan dlm ekonomi.. dan dlm timeline Indonesia, siklus 20 tahunan itu adalah krisis.. 1945 merdeka, 1965 ekonomi porak-poranda akibat konflik politik.. 1997 krisis moneter.. bagaimana 2020..?
Walau tatanan ekonomi kita lebih baik dr 20 thn yg lalu, namun kita harus terus waspada dan pemerintah harus transparan mengenai status kesehatan ekonomi nasional..
Begitu juga dlm politik.. 20 thn yg lalu kita “dipaksa” melakukan demokratisasi akibat krisis.. Hari ini kita harus menguatkan rekonsiliasi sosial agar demokrasi kita makin dewasa..
Semoga pada Pilkada 2020 kita menyaksikan kompetisi yg sehat, berbasis gagasan dan kompetensi.. Ini penting utk terus membangun kedewasaan berpolitik..
Di atas semua itu, saya mengajak kita memasuki tahun yg baru dgn optimisme dan semangat menggelora..
Indonesia adalah bangsa yg besar yg akan mampu menjadi salah satu kekuatan utama dunia..
Potensi kita banyak, namun belum dimanfaatkan optimal.. Ibarat kata, langit masih tinggi, tapi kita terbang terlalu rendah..
Mari kita masuki tahun yg baru dgn semangat creative collabortion utk menjdkan Indonesia kekuatan ke-5 dunia..
Mari bereskan PR yg tersisa sehingga kita bisa lebih banyak berpartisipasi menentukan arah sejarah dunia..
Gelorakan semangat Indonesia!!
(Twit @anismatta 31/12/2019)
___
*Baca: Catatan Akhir Tahun: ISU-ISU GLOBAL