Oleh: Hasmi Bakhtiar
(S2 Hubungan Internasional Lille)
Gw hargai pembelaan admin @Gerindra terhadap LGBT, itu hak dia bicara apapun. Yah cuma jangan bawa-bawa sila Ketuhanan dalam masalah ini karena jelas-jelas gak nyambung.
Di Barat, pembela LGBT selalu mental kalau udah herhadapan dengan kaum agamawan. Cuma di Indonesia ada pembela LGBT yang makai alasan Ketuhanan. Ini adminnye @Gerindra 😂😂
Di Perancis misalnya, pembahasan UU LGBT begitu rumit karena selalu dilawan kaum agamawan. Walau sekarang legal tapi “budaya” membuat gerak LGBT belum sebebas orang normal. Nah adminnye @Gerindra bela LGBT pake Sila Ketuhanan dan Beradab. Jelas2 itu jadi penghalang utama legalnya LGBT.
Gw paham pesan yang pengen disampein admin @Gerindra apa, gw juga menolak diskriminasi apapun bentuknya. Tapi yang harus dipahami justru karena kita punya Pancasila khususnya sila Ketuhanan maka penyikapan kita terhadap problem LGBT ga bisa sama dg penyikapan di Barat.
Ini yang sebenarnya ga tuntas oleh @Gerindra sebagai partai. Di satu sisi kita punya Pancasila dan budaya yang hampir mustahil dg lapang dada bisa menerima LGBT dalam institusi pemerintahan, tapi di sisi lain pengen juga dibilang demokratis. Jadinya galau.
Saking galaunya @Gerindra sampai mendukung LGBT dg alasan Pancasila tapi di waktu yang sama menolak prilaku LGBT juga dg alasan Pancasila. Dalam konteks bangsa Indonesia sebenarnya masalah ini mudah diselesaikan, karena demokrasi kita bukan demokrasi liberal.
Usulan gw buat admin @Gerindra kalau membela LGBT tolong konsisten. Jangan membela dg dalil Pancasila tapi melarang LGBT mengekspose penyimpangan mereka juga dg alasan Pancasila. Kalau lw bela dg Kaffah mungkin gw bisa respect dan kita bisa berdebat. Belajar dulu lah.
(Twit @hasmi_bakhtiar 29/11/2019)