Nadeem (paling kanan) |
[PORTAL-ISLAM.ID] Aku asli Pasuruan. Lahir dan besar di Pasuruan. Abahku dan Yai (mbah) ku tinggal di Pasuruan dan mencari nafkah di Pasuruan. Maka yakin bahwa darah yang mengalir di diriku adalah darah Pasuruan.
Tapi apakah darah di diriku ini seratus persen Jawa. Aku kurang tau. Mungkin ada campuran Madura, atau darah suku lain dari nenek moyangku dulu. Wajar saja, karena proses asimiliasi masyarakat pasuruan yang heterogen.
Bisa jadi, Aku ini keturunan pithecanthropus erectus, homowajakensis atau ada darah homoneanderthal yang mengalir di diriku. Aku tidak tau, dan aku tak peduli.
Yang jelas, hampir aku pastikan bahwa aku tidak memiliki darah Cina seperti Agnes Monica. Jadi, aku tak punya alasan untuk ikut-ikutan agnes monica mengatakan “I have no Indonesian blood”.
Meski aku akui, memang aku (bisa dikatakan) sering patah arang dengan indonesia, karena prestasi yang tak kunjung bisa dibanggakan. Baik di bidang olahraga yang makin hari makin merosot, pendidikan, maupun ekonomi yang kian hari kian terperosok dalam timbunan utang luar negeri, yang bukan tidak mungkin mengalami hal yang sama dengan Yunani: Bangkrut!
Dalam olahraga yang dahulu pernah menjadi kebanggaan bangsa, Badminton, Indonesia bahkan belakangan kalah lawan Spanyol, Thailand, Jepang, India yang tidak punya tradisi badminton. Apalagi di sepak bola. Jangankan bicara prestasi dunia, di negara asia tenggara aja, timnas Indonesia sudah menjadi tim medioker. Bukan lagi macan asia.
Di bidang pendidikan, kurikulum pendidikan masih sering berubah-ubah mengikuti pergantian menterinya. Malah terkesan kurikulum coba-coba. Hingga guru yang seharusnya mendidik malah ikutan bingung dengan perubahan kurikulum tersebut. Ditambah lagi rencana game online (e-sport games) dimasukkan dalam kurikulum sekolah di tingkat dasar. Akibatnya, murid semakin sulit belajar dengan metode pelajaran yang sering berubah, dan orang tua murid harus lebih menganggarkan biaya pendidikan anak-anaknya untuk membeli buku-buku paket baru. Karena buku paket kakaknya tidak bisa diwariskan kepada adiknya. Termasuk rencana anggaran membeli gadget dan kuota untuk membantu belajar e-sport.
Di bidang ekonomi, sebagai wartawan ekonomi, saya sedikit banyak tau tentang kondisi ekonomi bangsa ini. Percayalah, hanya kurs rupiah terhadap dolar yang masih bisa sedikit menahan terjadinya krisis ekonomi di negeri ini. Sekali kurs dolar melonjak tajam, wassalam.
Bedanya aku dan orang macam Agnes Monica adalah: aku tidak pernah sok-sok’an ikut berteriak-teriak ‘Aku Pancasila dan NKRI harga mati’ waktu-waktu yang lalu, terutama saat mau pilpres dan pemilu. Ternyata ujung-ujungnya “I have no Indonesian blood”. Namun, hatiku selalu bergetar dan mataku berkaca-kaca saat menyanyikan lagu Indonesia Raya. Terutama saat di tribun GBK menyaksikan Timnas berlaga.
Dan, satu lagi. Di manapun dan kapanpun ketika aku bertemu orang lain dan ditanya tentang siapa diriku, maka dengan tegas aku mengatakan: Aku Pasuruan, Aku Indonesia!
Penulis: Nadeem