[PORTAL-ISLAM.ID] Ada yang bilang reuni 212 itu radikal. Tunjukkan saja kepada saya radikalnya itu di mana. Bagi yang tidak pernah ikut, mereka tahunya para penceramahnya berteriak lantang tentang penistaan agama. Tapi karena mereka tidak tahu apa yang terjadi di tengah acara itu mereka melihatnya sebagai orang-orang radikal. Padahal kenyataannya adalah:
1. Persaudaraan kepada sesama muslim sangat kuat terasa. Saling berbagi tanpa pandang bulu. Senyum bahagia menghiasi wajah mereka. Keluarga datang. Suami istri datang. Anak² kecil bermain dengan gembiranya tanpa merasa takut diganggu.
2. Toleransi kepada agama lain sangat dijaga. Di mana acara tersebut tidak jauh dari Gereja Katedral. Gereja terbesar di Indonesia. Dan umat Islam yang mengikuti acara 212 tersebut, sama sekali tidak mengganggu acara² di gereja. Foto² tentang toleransi ini sudah banyak beredar. Jadi gerakan 212 adalah murni damai. Jika gerakan radikal atau kekerasan, Katedral sudah rata dengan tanah.
3. Menjaga alam dan lingkungan. Jangankan menyakiti manusia pada saat acara itu, menginjak rumput yang tidak boleh diinjak pun tidak boleh. Bahkan sukarelawan membantu membersihkannya dari sampah yang berserakan. Tak lupa juga Aa Gym turut di dalamnya. Sesudah acara Monas tampak bersih. Seperti sebelumnya tidak terjadi acara besar²an jutaan orang. Para ulama seperti Kyai Hasyim Muzadi rahimahullah pun mengapresiasi hal ini.
4. Banyaknya fitnah yang bertebaran yang menyebut peserta 212 dibayar. Itu adalah suatu fitnah yang keji. Semoga Allah membalasnya. Kami datang dengan ikhlas dan saling berbagi. Kami punya minuman, kami bagikan. Kami punya makanan, kami bagikan. Yang naik pesawat, beli tiket sendiri. Yang naik kereta pun demikian. Di rombongan kami saja ditentukan, yang mau ikut 212, kami patungan 50 ribu sampai 200 ribu per orang sesuai kemampuan. Ditempat lain seperti Daarut Tauhid menyediakan bus gratis untuk peserta yang mau ikut. Di sebagian tempat dihalang-halangi aparat, tapi dengan tekad membaja mereka terus maju meski harus berjalan kaki.
5. Jika perbedaan pilihan politik dianggap radikal, maka yang menganggap radikal itu adalah yang radikal sesungguhnya karena tidak menerima perbedaan politik.
Bagi saya hadirnya gerakan 212 ini adalah momen sejarah umat Islam yang patut dibanggakan. Tidak boleh kita menafikan fakta itu.
Reuni 212 dengan meluruskan niat untuk beribadah, bersilaturahim dan bermuwajahah.
By Chandra Hafizun Alim [fb]
Kawanku ambil cuti ke Jakarta.
— Opposite6890 ™️ (@opposite6890) November 27, 2019
Semata mata ingin datang ke Reuni Akbar 212 bersama dengan Istrinya.
Datanglah Kawan, karena Reuni Akbar 212 terbuka untuk siapa saja.
Menjalin Persatuan dan Kesatuan untuk Negeri Tercinta INDONESIA.
Reuni Akbar 212.
2 Desember 2019.
Monas Jakarta pic.twitter.com/1NyFFsF5sH