[PORTAL-ISLAM.ID] Surat Terbuka kepada Yth Bapak Lukas Enembe Gubernur Papua, Bapak-Bapak Bupati, Camat, Lurah, Ketua RW, Ketua RT, dan seluruh Bapak-Bapak Kepala Suku di Papua
Dengan hormat,
Teriring salam persahabatan dari semua warga negara Indonesia di seluruh benua Amerika kepada Bapak Lukas Enembe Gubernur Papua dengan gelar Sangsoko Sutan Rajo Panglimo Gadang dan seluruh Bupati, Camat, Lurah , Ketua RW, Ketua RT, juga para Kepala Suku di Provinsi Papua, INDONESIA.
Kami orang Minang di seluruh benua Amerika merasa sedih dan heran kenapa sesama anak bangsa dibunuh secara kejam, dipanah, dikapak, dan dibakar. Pelakunya mungkin OPM yang tidak mengerti bahwa kita semua dari Sabang sampai Merauke adalah bersaudara.
Kenapa orang Papua membunuh kami orang Minangkabau yang menumpang tinggal di tanah saudaranya Papua?
Kami masyarakat Minangkabau di benua Amerika tidak mencurigai saudara kami orang Papua, tapi kami khawatir yang membunuh orang Minangkabau tersebut adalah OPM.
Kami yakin tidak seorang pun masyarakat Papua yang tega membunuh saudaranya orang Minangkabau begitu kejam, tanpa melihat anak-anak dan wanita semua dibunuh dengan kapak dan panah.
Perintah nenek moyang Minangkabau, "Kalau hidup dirantau orang: jika menyauk air di bawah-bawah, mematah ranting di ujung-ujung."
Perintah nenek moyang ini wajib dipatuhi dimanapun orang Minang berada. Maka dengan demikian....orang Minang di perantauan dilarang untuk sombong apalagi angkuh dan tidak peduli.
Karena itu, tidak mungkin orang Minang dibenci oleh penduduk setempat. Dan sangat tidak masuk akal kalau ada orang Minang yang dibunuh atas dasar kebencian.
Tapi kenyataannya berlainan.
Kalau saudara sebangsa kami dari Papua bertanya kepada seluruh masyarakat dunia di mana orang Minang berada tidak ada yang sombong. Tapi malangnya, perantau Minang yang ada di Papua dibunuh secara sadis.
Kenyataan bukan memuji diri tapi begitulah adanya, yang wajib patuh kepada perintah nenek moyang Minangkabau yaitu: kalau mengambil air di sungai harus yang di dekat muara agar air sungai itu tidak keruh, kalau mematah ranting di ujung-ujung agar semua daun pohon tidak hilang agar orang yang datang sesudah itu akan mendapat daun juga.
Kami yakin orang Papua tetap menyayangi saudara sebangsa orang Minangkabau yang merantau di Papua.
Adat Minangkabau melarang merendahkan atau menghina orang lain. Sebagai contoh memanggil orang dengan gelar yang didapat dari sukunya, dan dilarang memanggil orang lain dengan perkataan "kamu". Ada pemeo Minangkabau "ketek banamo, godang bagola".
Contoh, "hai kamu" tidak ada di Minangkabau, yang ada "ya dunsanak/wahai saudaraku". Orang Minangkabau 100% adalah Islam dengan ajarannya semua manusia sama kecuali yang bertaqwa yaitu sebuah kepatuhan kepada Tuhan Allah SWT, bukan yang membedakan fisik di antara manusia.
Kami semua perantau Minang di benua Amerika berharap kepada Bapak Lukas Enembe dan seluruh pemimpin Papua juga seluruh kepala suku di Papua menghalau penguasa OPM agar tidak bisa membunuh saudaranya masyarakat Indonesia/Minangkabau.
Bukti Minangkabau menghormati Bapak Lukas Enembe dengan memberi pangkat berjabatan tinggi sebagai raja dari segala panglima yaitu Sangsako Sutan Rajo Panglimo Gadang. Semoga semua yang dibunuh akan ditempatkan Allah SWT sebagai syahid dan syahidah. Aamiin.
Kepada seluruh masyarakat Papua di manapun berada. Yakinlah kami orang Minangkabau tidak pernah dan tidak ada niat sedikitpun untuk mengambil hak masyarakat Papua.
Sesuai dengan perintah nenek moyang, seluruh perantau Minang wajib membela saudara sebangsanya di manapun ia berada.
Saudara kami masyarakat Papua, orang Minang terikat kepada sumpah nenek moyang mereka bahwa tidak boleh menyusahkan masyarakat di manapun mereka berada.
Saudaraku masyarakat Papua membunuh orang Minang adalah salah alamat.
Nenek moyang orang Minang memerintahkan kalau mengambil air di sungai harus di bawah atau di dekat muara maksudnya agar tidak keruh sehingga orang lain yang mengambil air tetap mendapat air jernih.
Ajaran yang lain, orang Minang kalau mau mematah ranting pohon maka patahkan di ujung ranting, supaya orang datang kemudian masih mendapat daun dari pohon itu.
Wahai saudaraku seluruh masyarakat Papua, pahamilah. Orang Minang bukan penjajah tapi akan menolong masyarakat Papua untuk mengusir penjajah.
Orang Minang tidak mungkin berkata kotor karena terikat dengan ajaran agama dan perintah adat Minangkabau. Oleh itu kalau ada tuduhan miring kepada masyarakat Minang itu pasti fitnah.
Terima kasih. Maaf lahir batin.
Salam hormat,
Dr. Wazri A. Afifi, MBA, MICR