MENGAPA POLISI BERINGAS?


MENGAPA POLISI BERINGAS?

Oleh: Kavil Yamin

Saya punya beberapa kawan polisi. Semuanya enak untuk berkawan. Bahkan beberapa di antara mereka adalah sahabat dekat.

Karena itu saya heran melihat kebringasan polisi dalam menangani aksi massa belakangan ini. Jangankan kepada pengunjuk rasa yang ‘panas’, kepada pengunjuk rasa yang tertib dan santun pun, seperti aksi 22 Mei lalu, mereka tetap beringas.

Saya ingat sewaktu menjadi mahasiwa demonstran di Bandung dulu. Di rapat-rapat, kumpulan dan pembicaraan kami, kami tau sekali-kali ada intel polisi nyamar jadi mahasiwa. Pura-pura lewat lah. Pura-pura duduk dekat kami lah. Sebagai tindak balasan, kami pun sekali-kali mengirim intel kami ke pihak polisi. Semancam kontra-intelijen. Caranya tak usah diceritakan di sini.

Dari intel kami itulah kami tau bahwa cara penanganan aksi itu tidak sama. Pengerahan polisi untuk menangani suatu unjuk rasa biasanya didahului oleh laporan intel tentang rencana dan besaran aksi. Bila rencana dan besaran aksi itu masih terhitung di bawah kendali polisi, maka yang keluar adalah perintah penanganan standar. Hanya menjaga dan mencegah tindak pengrusakan atau keributan. Persenjataan pun cukup tameng dan pentungan.

Bila ada laporan bahwa jumlah massa besar dan berpotensi kerusuhan, maka peralatan pun lebih lengkap, antara lain penyemprot gas air mata. Dan yang tak kurang penting, semacam asupan obat penambah semangat dan keberanian. Penangkapan dan penanganan keras biasanya dilakukan secepat mungkin sebelum massa bertambah besar. Karena semakin besar massa, semakin sulit ditangani dan risiko kerusuhan semakin tinggi.

Intel kami waktu itu mengetahui yang diminum sebelum bergerak ke lapangan itu adalah pil BK, atau amphetamin. Tahun 80an, pil ini suka diminum bareng vodka atau minuman beralkohol lain oleh anak-anak bengal, bawaannya jadi berani dan beringas. Jadi kalo berantem ga lari.

Nah, bayangkan kalo obat ini diminum polisi yang mau menangani unjuk rasa. Dibekali senjata api berlaras panjang pula. Mereka tak akan ragu menembak, memukul, tak peduli sasaran lemah atau tak berdaya. Korban sudah tergeletak pun ramai-ramai dihajar. Rasa tega dan kasihan sudah menguap ke langit.

Untunglah pada zaman kami, polisi dipersenjatai terbatas. Paling tinggi pistol. Itupun penggunaannya tak sembarangan. Harus ada laporan berapa peluru yang keluar, berapa yang kena sasaran. Kalau masih ada sisanya, harus dikembalikan. Sehingga, kalau pun ada korban, jarang sekali korban nyawa. Paling benjol-benjol kena pentungan. Kalau sampai ada korban nyawa, sudah dipastikan masalah besar bagi seisi negeri.

Sekarang, 5-6 nyawa melayang, korban berdarah-darah, polisi aman-aman saja. Paling balik menuduh. “Itu perusuh”, “ditunggangi”, dan pembelaan diri lainnya untuk cuci tangan.

Sekarang, sebutan angkatan bersenjata itu lebih layak dilekatkan kepada polisi karena mereka bisa keluar membawa senjata dengan bebas. Anggota TNI, yang justru asli angkatan bersenjata, armed forces, malah tidak boleh membawa senjata.

Dan senjata yang diberikan kepada polisi lebih lengkap dan mutakhir daripada yang diberikan kepada TNI. Orang tau, senjata yang dibawa itu ada auranya. Bila anda bermental lemah tapi menenteng senapan canggih, keberanian anda meningkat drastis. Bawaannya ingin nantang orang aja. Tapi itu bila mentalnya masih lemah. Yang bermental kuat dan dewasa malah menghindari membawa senjata. Kalau pun harus membawa karena kewajiban, dia berusaha menyamarkannya supaya tidak menimbulkan ketaknyamanan dan ketakutan orang lain.

Pil BK – awas jangan ketuker sama pil KB -- terdiri dari beberapa jenis. Antara lain barbiturate, bromazepam (lexotan), diazepam (valium), flunitrazepam (rohypnol), nitrazepam (mogadon) dan nitradiazepam (nipam). Mengkonsumsi BK dengan dosis tinggi mengakibatkan penurunan kesadaran, mudah marah, berani melakukan hal-hal yang tidak mungkin dilakukannya ketika sadar penuh.

Setelah sadar penuh, si pemakai umumnya tidak ingat hal-hal yang dikatakan atau dilakukannya selama terkena pengaruh obat tersebut. Obat ini banyak disalahgunakan karena harganya relatif terjangkau.

Jenis lain adalah nuvigil yang membuat si pemakai tetap terjaga dan awas selama tiga hari, bahkan bisa sepekan. Karena khasiatnya ini, nuvigil kadang-kadang digunakan oleh militer AS agar tetap awas terhadap musuh.

Bila obat untuk militer itu digunakan untuk polisi, maka tingkat keawasan yang ditimbulkannya seperti kewaspadaan terhadap musuh dalam perang: Membantai, menembak. Meski yang dihadapinya adalah mahasiwa , ustadz, tenaga medis, atau anak-anak SMK, eh, STM

[Bersambung]

MENGAPA POLISI BERINGAS? Kavil Yamin Saya punya beberapa kawan polisi. Semuanya enak untuk berkawan. Bahkan beberapa di...

Dikirim oleh Kavil Yamin pada Jumat, 27 September 2019
Baca juga :