[PORTAL-ISLAM.ID] Ketua Umum Swing Voters Indonesia Adhie Massardi menilai perolehan suara Paslon 02 Prabowo-Sandi seharusnya jauh di atas angka yang ditampilkan oleh sejumlah lembaga survei dalam hitung cepat yang ditayangkan stasiun televisi nasional.
Adhie pun menduga, terdapat suara siluman dalam perolehan suara Paslon 01 Jokowi-Maruf Amin jika ketetapan KPU sesuai dengan hasil hitung cepat atau quick count.
Saat wawancara dengan Radio Bravos, Jumat (19/4) lalu itu, Adhie menjelaskan perolehan suara masing-masing kandidat akan sangat terkait dengan perolehan keduanya dalam Pilpres 2014 silam. Pasalnya, Pilpres 2019 ini kembali mempertemukan Jokowi dan Prabowo.
Diketahui, pada Pilpres 2014 silam Jokowi yang saat itu berpasangan dengan Jusuf Kalla mendapat 53.15 persen. Sementara Prabowo yang berpasangan dengan Hatta Rajasa mendapat 46.85 persen.
Bedanya dengan Pilpres 2019, sebut Adhie, Jokowi pada 2014 lalu adalah sosok yang sangat digandrungi. Semua orang membicarakan sosok Jokowi sebagai pribadi sederhana, bersih dan merakyat. Namun begitu, power suara Jokowi sebenarnya bisa diukur dari perolehan PDIP saat Pileg 2014.
"Faktanya 2014 PDIP hanya dapat 18.90 persen. Jadi power Jokowi ketika sedang booming itu sekitar 20 persen," jelas Adhie.
Kemudian, Adhie menggambarkan 53 persen perolehan suara Jokowi-JK itu diperoleh dari suara Jusuf Kalla yang sekitar 16 persen. Jokowi juga mendapat sumbangan suara dari Ahok BTP, yang merepresentasikan non-Muslim dan etnis Tionghoa, sebesar 6 persen.
Hanya saja, lanjut Adhie, modal Jokowi di 2019 ini tinggal 35 persen saja. Alsannya, pertama tidak ada lagi sosok Jusuf Kalla yang menyumbang suara besar, sehingga Jokowi sudah kehilangan 15-16 persen dari perolehannya tahun 2014. Kedua, suara Jokowi juga tergerus akibat pemilihan KH Maruf Amin sebagai Cawapres.
"Pendukung non-Muslim, dan etnis Tionghoa berkurang karena mereka percaya yang menyingkirkan Ahok dari panggung politik adalah Maruf Amin yang waktu itu sebagai Ketua MUI," terang Adhie.
Oleh karenanya, Adhie meyakini modal suara Jokowi di 2019 tinggal 35 persen, ditambah dengan suara Maruf Amin dan kelompok milenial 5 persen, sehingga berjumlah 40 persen.
"Sehingga perhitungan saya, sebesar-besarnya pasangan Jokowi-Maruf Amin tidak akan lebih dari 40 persen," tutur Mantan Jurubicara Presiden Abdurrahman Wahid ini.
Sementara Prabowo, perolehan suara tahun 2014 tidak banyak berkurang. Jumlah 46 persen yang diperoleh Prabowo-Hatta tahun 2014 diyakini hanya berkurang 1 persen, akibat ditinggalkan oleh Golkar, PPP dan PKB.
"Jadi Prabowo Subianto masuk ke 2019 ini dengan modal 45 persen. Kalau dengan posisi ini saja, Prabowo sudah di atasnya Jokowi," sebut Adhie.
Hanya saja, Prabowo cukup mendapat insentif suara dari banyak pihak, seperti Sandiaga Uno dan milenial, para ulama, Gereja Katholik, figur Natalius Pigai, Rocky Gerung, hingga sosok Ekonom Senior Rizal Ramli.
Dari hitungan itu, Adhie meyakini Prabowo-Sandi mendapat tambahan sekitar 10 persen ketika maju ke kontestasi Pilpres 2019.
"Artinya, sekurang-kurangnya, merem saja, Prabowo dapat 55 persen. Tapi kan bisa lebih dari itu. Saya menduga sih kalau dapat tambahan suara 15 persen, karena hasil migrasi dari suara Jusuf Kalla kan cukup besar. Jadi kalau dapat tambahan 15 persen sih menurut saya wajar. Sehingga jumlahnya sekitar 60 persen," ujar Adhie.
Adhie Massardi melanjutkan, hitung-hitungan itu tidak bisa dibantah. Maka dia meragukan angka yang dimunculkan oleh sejumlah lembaga survei dalam hitung cepatnya, yang berkisar di angka 54 persen. Ia beralasan, Jokowi saat saat masih booming di tahun 2014 saja hanya 53 persen.
"Karena tidak mungkin Jokowi mendapat suara di 2019 lebih baik dari 2014 yang hanya 53 persen. Waktu itu orang lagi senang-senangnya nih. Nah sekarang begitu banyak orang engga suka, kemudian para petani di Jawa dibombardir dengan impor, pasti akan berkurang, kok ini bisa bertambah?" sesalnya.
Tak hanya itu, Adhie juga menduga ada suara siluman jika rekapitulasi KPU sama dengan hasil hitung cepat lembaga survei.
Saya tidak percaya ada faktor yang memberikan suara lebih kepada Jokowi dan Pak Maruf Amin," pungkasnya.
Sumber: RMOL