[PORTAL-ISLAM.ID] Setelah mencetak gol pertama dalam kemenangan 2-1 Liverpool di Leicester City awal September lalu, Sadio Mane bersujud di rumput -hal yang banyak dilakukan Muslim untuk menyatakan syukur.
Dan ternyata, hanya beberapa jam setelah itu, pemuda muslim asal Senegal berusia 26 tahun yang sederhana itu, dengan santainya membersihkan toilet di sebuah masjid di Liverpool.
Video yang menunjukkan ia bersih-bersih WC masjid itu kemudian dibagikan luas di media sosial, dan menjadi kontras yang mencolok dengan gambaran stereotip pemain sepak bola Liga Primer yang `hidup dalam kemewahan`.
Sadio Mane adalah orang yang senang berada jauh dari pusat perhatian, kata Abu Usamah Al-Tahabi, imam di Masjid Al Rahmah, Liverpool itu.
"Sadio sebetulnya meminta agar jangan membagi-bagikan videonya. Dia ingin tetap melakukan semuanya diam-diam dan ia tidak melakukannya untuk publisitas," kata Abu Usamah Al-Tahabi.
"Dia sering datang ke masjid ini. Di rumahnya dia memiliki (mobil mewah) Bentley - tetapi dia datang ke sini dengan mobil biasa, jadi dia tidak ingin dikenali."
"Dia bukan orang yang mencari kehebohan. Dia sama sekali tidak congkak."
Setelah videonya tersebar, Mane akhirnya buka suara apa yang sesungguhnya terjadi.
Hal ini disampaikan Mane jelang laga Liverpool dengan PSG di Liga Champions nanti malam.
“Saya seorang Muslim, saya sholat lima kali sehari dan, secepat yang saya bisa, saya melakukannya berjamaah di masjid,” katanya kepada L'Equipe.
"Suatu kali saya pergi ke Masjid, dan ketika di sana saya menemukan seorang teman yang sangat baik, seorang warga Ghana."
"Saya mengundangnya untuk minum teh di rumah setelah shalat dan dia berkata, 'Tidak, saya harus bekerja, saya harus membersihkan toilet masjid.'"
“Saya mengatakan kepadanya bahwa kami akan melakukannya bersama. Pada saat seseorang memfilmkan kami, saya meminta dia tidak mempostingnya di internet."
"Dia bersumpah dia tidak akan melakukannya dan besoknya ada di internet. Yah, itu tidak terlalu serius ...," tutur Mane.
Dalam video itu Mane mengisi ember dengan air sementara seorang bocah laki-laki menggunakan mesin pencuci tekanan di lantai.
***
Kerendahan hati ini terbukti dalam berbagai kisah tentang Mane.
Sebelum final Liga Champions pada bulan Mei, ia membagikan kaos Liverpool kepada penduduk di kota kelahirannya, Bambali, di Senegal.
"Desa itu berpenduduk 2.000 orang. Saya membeli 300 kaos Liverpool untuk dikirim ke orang-orang di sana, sehingga para penggemar bisa memngenakannya saat menonton pertandingan final," kata Mane.
Di Bambali, pada 2005, Mane menonton siaran langsung heroisme Liverpool yang termasyhur, saaat bangkit dari ketinggalan 0-3 dari AC Milan untuk memenangkan final Liga Champions. Saat itu usianya baru 13 tahun.
Dan kampung halamannya tidak pernah jauh dari hatinya.
"Sadio berasal dari masyarakat miskin. Dia itu tipe orang yang ringan tangan. Dia sangat banyak berinisiatif dan pernah membantu membangun sebuah masjid di kampung halamannya," tambah Al-Thabi.
Dia ramah dan agak pemalu
Kepribadian Mane juga membantunya untuk menjadi kesayangan para pendukung Liverpool.
"Fans menyukai dia karena dia rendah hati. Di Liverpool, menjadi masalah jika terlalu menonjolkan diri dan terlalu bangga dengan diri sendiri. Dia sama sekali tidak seperti itu," kata John Gibbons dari podcast The Anfield Wrap.
Gibbons mengatakan "semua orang di Liverpool menganggap Mane sangat ramah". Ia mengungkapkan, para penggemar selalu berkesempatan bertemu dengannya di toko swalayan, menunjukkannya sebagai orang yang rendah hati.
"Pernah, dia berbelanja di (swalayan) Asda di Hunts Cross dengan mengenakan pakaian tradisional, lalu seorang penggemar yang menggendong bayi memintanya untuk berfoto bersama."
"Mane kemudian dengan senang hati menggendong bayi itu dan tersenyum dalam pemotretan bersama penggemar itu. Dan itu adalah supermarket biasa. Banyak orang yang pernah bertemu dengannya mengatakan dia sangat mudah didekati tapi agak pemalu."
Di lapangan, Mane juga senang untuk tak jadi pusat perhatian demi kepentingan tim.
"Ketika Liverpool mengontraknya, dia bermain di kanan luar dan mungkin pemain terbaik saat itu di posisi itu. Kemudian kita mendatangkan (Mohamed) Salah, dan Sadio dengan santainya pindah ke sayap kiri," kata Gibbons.
"Dia tidak mengeluh dan menjalaninya saja. Dia diminta untuk mengambil peran sebagai bagian dari tim dan bermain sedikit lebih dalam, sementara Salah adalah bintang."
Mane bukanlah juga pemain yang suka protes. Dalam pertandingan terakhir melawan Arsenal ia mencetak gol namun dianulir, padahal tidak.
Dalam wawancara setelah pertandingan, dia menolak untuk mengkritik wasit dan justru dia merujuk ke pertandingan pertama melawan West Ham, ketika golnya disahkan padahal saat itu ia dalam posisi offside.
Sikap tak egois ini bukanlah kejutan bagi Mike Hughes dari BBC Radio Merseyside Sport.
"Setelah pertandingan saya mencoba menggambarkan betapa besar peran yang dia mainkan, tetapi dia selalu bersemangat untuk mengesampingkan perannya dan justru memuji rekan-rekannya."
"Itu menunjukkan bagaimana watak orang itu."
Sumber:
https://www.mirror.co.uk/sport/football/news/sadio-mane-cleaning-mosque-toilets-13651697
VIVA