[PORTAL-ISLAM.ID] Mohammad Natsir (lahir di Alahan Panjang, Lembah Gumanti, kabupaten Solok, Sumatera Barat, 17 Juli 1908 – meninggal di Jakarta, 6 Februari 1993 pada umur 84 tahun) adalah seorang ulama, politisi, dan pejuang kemerdekaan Indonesia.
Ia merupakan pendiri sekaligus pemimpin partai politik Masyumi, dan tokoh Islam terkemuka Indonesia. Di dalam negeri, ia pernah menjabat menteri dan perdana menteri Indonesia, sedangkan di kancah internasional, ia pernah menjabat sebagai presiden Liga Muslim se-Dunia (World Muslim Congress) dan ketua Dewan Masjid se-Dunia.
Sejak awal, Negeri ini diperjuangkan oleh para Ulama. Dari dulu, Ulama juga berperan sebagai Umaro.
Dan kini, saatnya Ulama kembali terjun langsung menjadi Umaro menyelamatkan negeri.
Ijtima Ulama sudah mendorong Ustad Abdul Somad, ulama muda asal Sumatera, untuk menjadi Umaro, meneruskan perjuangan Mohammad Natsir, ulama yang juga dari Sumatera.
Sebagaimana pesan menggetarkan yang disampaikan langsung KH Arifin Ilham kepada Ustad Abdul Somad untuk menerima amanah sebagai cawapres mendampingi Prabowo di Pilpres 2019 mendatang.
"Abangku, dunia ini sebentar. Dan dakwah yang paling jitu, paling tepat, paling mulia, dan mengundang kesuksesan, keberkahan adalah dakwah bil quwwah (dakwah melalui kekuasaan), bukan hanya dakwah bil lisan (ceramah)," demikian pesan KH Arifin.
"Saatnya, Bang, mencontoh perjalanan Rasulullah dan para sahabat; menjadi umara dan ulama sekaligus. Ini karunia Allah untuk negeri kita, Allah hadirkan Abang. Hargai Bang, istikharah dan musyawarah, ijitma’ para ulama (yang) memutuskan Abang untuk memimpin negeri ini (sebagai cawapres) mengawal, mendampingi Ayahanda Prabowo."
"Negeri ini merindukan pemimpin yang shalih, yang alim, yang bertaqwa, yang rendah hati. Bukan hanya umat, Bang, tetapi (juga) alam negeri ini. Semua mengalami krisis yang luar biasa; (kriris) iman, ilmu, alam."
"Tampillah, Bang, untuk menyelamatkan negeri ini. Senangkanlah hati umat. Penuhilah harapan ulama."
Bekal Ustad Abdul Somad untuk menjadi Umaro lebih dari memadai.
Pria campuran Melayu Deli dan Riau ini adalah seorang sarjana lulusan S-1 Universitas Al-Azhar Mesir dan S-2 Dar Al-Hadits Al-Hassania Institute, Kerajaan Maroko.
UAS hadir pada saat yang tepat, di tengah ghiroh umat Islam yang haus ilmu agama, pengetahuan tentang syariat Islam.
UAS bergaul dengan kelompok Islam manapun seperti Muhammadiyah, Jamaah Tabligh, Tarbiyah, Perti, Persis, Salafi bahkan FPI, MMI dan HTI yang sudah dibubarkan pemerintah saat ini.
UAS mengedepankan toleransi, penghargaan terhadap perbedaan madzhab, menjunjung tinggi persatuan umat dan selalu menekankan agar umat Islam Indonesia melek politik dan berdikari dalam ekonomi. UAS selalu menyuarakan Islam dan politik tak bisa dipisahkan.
Baginya semua cita-cita politik Islam hanya bisa dicapai jika umat Islam yang berkuasa. Tapi jalan untuk mencapainya harus dengan cara-cara demokratis dan konstitusional sesuai hukum, tidak menggunakan kekerasan.
Maka... saat inilah telah tiba masanya bagi Ustad Abdul Somad untuk mewujudkan kata-kata menjadi kuasa.
Saatnya Ulama menjadi Umaro.
Saatnya Abdul Somad meneruskan perjuangan Mohammad Natsir.
Abdul Somad bukan kyai biasa, beliau ulama yang memiliki visi kebangsaan, mencintai negeri ini bukan sebatas retorika di sosial media, tapi terjun ke pelosok-pelosok tanah air. pic.twitter.com/dPAArCAV9S— Mas Piyu 🇮🇩 (@maspiyuuu) 1 Agustus 2018