[PORTAL-ISLAM.ID] PKS adalah harta berharga Ummat Islam dan Bangsa Indonesia, lahir bukan karena uang atau ego orang-orang besar tanpa ide dan pikiran. PKS lahir sebagai bagian dari ikhtiar mengisi reformasi 1998 yang hampir 20 tahun berjalan. PKS lahir dengan ide dan idealisme.
PKS lahir memikul ide untuk menegakkan keadilan dan menebar kesejahteraan. Adil dan Sejahtera adalah termasuk 2 isu inti dalam negara. Dan Islam sebagai pondasi PKS meletakkan 2 isu itu sebagai dasar untuk membangun kehidupan bersama apapun bentuknya.
Saat reformasi mulai bergema di ujung 1997 akibat krisis ekonomi yang melanda Asia Tenggara, para aktifis dakwah berkumpul merumuskan antisipasi dan bentuk baru pergerakan jika ada perubahan mendasar. Dan perubahan berlangsung lebih cepat dari yang diperkirakan.
Keruntuhan rezim Orde Baru adalah peluang bagi semua orang, termasuk bagi itikad baik para aktifis pergerakan. Maka, sebuah partai dilahirkan melalui sebuah perdebatan panjang. Salah seorang inti pemikiran itu adalah @anismatta, seorang pemikir dan aktifis pergerakan.
Ini nanti yang menjelaskan kenapa @anismatta begitu nampak mengakar? Karena ia meletakkan narasi dan dasar berpikir dalam pergerakan partai lebih banyak dari orang lain. Ini soal biografi pikiran yang barus kita tuliskan.
Nanti saya akan mulai tulis percakapan saya dengan @anismatta kemarin saat saya menghampirinya tak jauh dari Geneva ke Budapest tempat beliau sedang ada urusan keluarga. Sebuah percakapan padat tentang masa depan Islam dan Indonesia sebagai harapan baru dunia.
Kenapa setelah #20TahunReformasi bangsa nampak diam dan mendekam? Kenapa pembaharuan berhenti? Kenapa negara jatuh ke tangan amatiran? Kenapa PKS stagnan dan berujung perkelahian? Apa harapan kita ke depan? Semua hadir dalam percakapan bersama @anismatta.
Dari Geneva, Swiss saya sempat mampir ke budapest sehari berjumpa @anismatta, sahabat guru dalam banyak hal. Beliau sedang ada acara keluarga dan pas saat Saya bisa bertemu dan meluangkan waktu seharian. Dari pagi sampai malam dan berpindah tempat.
Belakangan beliau memang cukup sering ke luar negeri untuk banyak urusan; seminar, berbisnis dan juga urusan keluarga di negeri Sebrang. Saya mampir karena kalau di Jakarta pun kadang sulit bertemu dan mengatur waktu. Dialog yang berkesan.
Maka melanjutkan waktu yang ada saya mencoba mendengar apa evaluasi beliau atas peristiwa kita belakangan. Bukan semuanya, sebab sebetulnya kami juga sering banyak bicara dan membaca sejarah kita. Sejak masih menjadi mahasiswa.
Saya kuliah di FEUI (Fakultas Ekonomi UI) dan beliau berkuliah di LIPIA yang juga berada di jalan Salemba, Jakarta. Selain karena kampus yang berdekatan kami juga tinggal berdekatan. Saya menjadi pengurus masjid ARH (Arif Rahman Hakim) yang bersejarah itu.
Kampus pak @anismatta Lembaga Ilmu Pengetahuan Islam dan Arab (LIPIA) adalah cabang Universitas Islam Imam Muhammad bin Saud Riyadh didirikan pada tahun 1400 H/1980 M. Saat ini LIPIA Jakarta berlokasi di Jalan Buncit Raya No. 5A, Ragunan, Jakarta Selatan.
LIPIA dalam sejarah pergerakan adalah kampus yang cukup penting. Ia tidak saja menyuplai para aktifis tetapi juga menjadi pemberi warna dari kajian kampus yang terasa kering. Mereka membawa gagasan yang lebih menyala.
Anak-anak LIPIA ini diundang sebagai mahasiswa dan mendapatkan beasiswa yang cukup dari universitasnya. Itulah sebabnya saya menemukan lulusan terbaik dari pesantren di seluruh Indonesia akhirnya berkuliah di LIPIA. Mereka tumbuh cemerlang.
Sebenarnya banyak tokoh nasional dengan berbagai spektrum pemikiran pernah mengenyam pendidikan di LIPIA. Orang seperti Habib Rizieq dan Ulil Absar dan banyak lagi pernah mampir sekolah. Ketua Majelis Syuro PKS ust. Salim Aljufrie adalah dosen LIPIA.
Maka, di antara yang menonjol dan menyelesaikan studinya di LIPIA serta lulus dengan predikat terbaik adalah @anismatta. Sejak mahasiswa beliau memang nampak istimewa, beliau menjadi narasumber yang menarik jika sedang bicara berbagai tema.
Anis Matta bicara banyak tema; mulai tema fiqih tentang semua hal sampai tema kepribadian; cinta, membangun relasi yang baik, pesona, sampai tema politik, negara dan pergerakan Global. Beliau menulis banyak buku dan serial termasuk soal demokrasi dan kepahlawanan.
Itulah yang membuat saya dekat. Saya bergaul dan tumbuh bersama secara intelektual. Kami mengalami masa-masa ketika pikiran mencoba menemukan jawaban. Lulus dari FEUI dan LIPIA kami mendaftar di S2 Magister Perencanaan dan Kebijakan Publik (MPKP) UI th 1997.
MPKP adalah program baru yang dibuka Pascasarjana UI dan direktur pertama program ini adalah Ibu Sri Mulyani, yang sekarang menjadi Menteri Keuangan. Kami tinggal di Utan Kayu dan Kuliah di Depok. Setiap hari di atas kereta api kami berdialog pagi dan sore.
Kuliah S2 nampaknya tidak bisa lama, sebuah denyut sejarah berdetak semakin keras. Akhirnya ujian tengah semester MPKP sekitar bulan Februari 1998 kami bolos, nampaknya ada persiapan lain yang sedang dilakukan, Reformasi!
Anis Matta adalah konseptor, ia menulis banyak hal dalam transisi kita. Sewaktu kami menyelenggarakan Forum Silaturahim LDK (Lembaga Dakwah Kampus) di Universitas Muhammadiyah Malang, beliau hadir menjadi narasumber. Prabowo juga dijadwalkan hadir meski kemudian batal.
Kita ketahui kemudian bahwa FSLDK Malang tanggal 29 Maret 1998 melahirkan organisasi Kesatuan Akai Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) yang akhirnya banyak tokoh utamanya menjadi pendiri PK atau sekarang menjadi PKS.
Demikian sejarah sebuah pertemuan. Tentu banyak tokoh yang saya temui tetapi kali ini saya menulis soal seorang pemuda yang memberi kesan kepada pergerakan. Seorang penulis, aktifis, ideolog dan marka perjuangan. Dialah Anis Matta.
Saya ingat, saya menjadi wakil sekjen beliau di PKS belasan tahun. Dan mendapatkan pengalaman terbaik untuk menjadi yang mengerti tentang sejarah sebuah ide. Anis Matta tidak saja pemikir Islam tetapi juga pemikir ilmu dan sejarah sosial dunia yang mendalam.
Bacaannya luas, pengertiannya tentang agama yang berasal dari kitab-kitab klasik membuatnya mudah berkomunikasi dengan kaum tradisionalis pesantren dan klasik tetapi kemampuannya membaca dan bergaul membuat ia aktual membaca peta terkini kita.
Lalu apa saja yang kami percakapkan? Bagaimana Anis Matta membaca peta masa Depan? Bagaimana AM melihat situasi sekarang? Sebuah percakapan padat di sudut kota Budapest kemarin.
Nanti kita lanjutkan. Makasih.
28 Maret 2018
*dari twit @FahriHamzah
[Baca: BAGIAN KEDUA: VISI ARAH INDONESIA BARU ANIS MATTA]
Lalu apa saja yang kami percakapkan? Bagaimana Anis Matta membaca peta masa Depan? Bagaimana AM melihat situasi sekarang? Sebuah percakapan padat di sudut kota Budapest kemarin. Nanti kita lanjutkan. Makasih. pic.twitter.com/iUn8mXGExl— #MerdekaBro! (@Fahrihamzah) 28 Maret 2018