[PORTAL-ISLAM] Pengasuh PP (Pondok Pesantren) Al-Farros Desa Cukir, Kecamatan Diwek, Jombang, KH Irfan Yusuf atau Gus Irfan, mengaku resah. Hal itu terkait adanya pendataan terhadap kiai yang dilakukan oleh Polres setempat.
Keresahan Gus Irfan itu bukan tanpa alasan. Pasalnya, fenomena pendataan ulama itu mirip dengan kondisi menjelang meletusnya G30S/PKI (Gestapu/Gerakan September Tiga Puluh). Saat itu, setelah pendataan, ada penculikan yang dilakukan kelompok yang melakukan makar.
Gus Irfan merupakan putra dari KH Yusuf Hasyim atau Pak Ud. Sementara alm Pak Ud adalah putra terakhir dari Hadratusy Syaikh Hasyim Asyari, pendiri NU, sekaligus pendiri PP Tebuireng, Jombang. Selama hidup, Pak Ud dikenal paling getol memberantas komunis.
"Ini aneh. Saya sudah 30 tahun menjadi pengasuh pesantren. Tapi kok baru kali ini dilakukan pendataan. Ini mengingatkan fenomena menjelang Gestapu," ujar Gus Irfan Yusuf, Jumat (3/2/2017).
Kecurigaan lain, lanjut Gus Irfan, pendataan dilakukan polisi dengan meninggal form untuk diisi. Nah, dalam form tersebut ada pernyataan yang janggal. Semisal, pertanyaan tentang siapa saja tamu yang datang ke pesantren.
"Bukan hanya saya yang resah. Namun pengasuh pondok lain juga mengalami hal serupa. Kami sudah melakukan kordinasi. Ternyata mereka juga resah," ujar sepupu mantan Presiden Abdurrahman Wahid atau Gus Dur ini.
(Status fb Gus Irfan)
Kapolres Jombang AKBP Agung Marlianto, ketika dikonformasi terkait masalah tersebut membenarkan. Namun, mengaitkan pendataan kiai dengan dengan fenomena G30S/PKI, adalah sesuatu yang berlebihan dan mengada-ada.
Pendataan tersebut, lanjut Agung, dilakukan murni untuk update potensi dan juga tokoh masyarakat yang ada di Kabupaten Jombang. "Bukan untuk keperluan lain. Hampir semua kesatuan kepolisian daerah melakukan pendataan serupa. Ini bukan hanya di Jombang," ujar Agung.
Kapolres kembali menegaskan, pendataan tersebut tidak berkaitan dengan peristiwa apapun. Pasalnya, pendataan tersebut untuk menjadi buku intel dasar. Makanya, pendataan dilakukan setiap tahun.
"Mungkin ada kesalahan teknis dalam hal pendataan yang dilakukan anggota saya di lapangan. Untuk itu saya minta maaf. Yang pasti ini hanya untuk update data potensi, bukan keperluan lain," pungkasnya.
Sumber: Beritajatim